38. Fly Away

23.7K 2.4K 71
                                    

Usai sholat subuh, aku membereskan ransel dan menghubungi Ibu. Sambil menunggu supir dan Kak Devira yang mengurus dokumenku datang sesuai perintah Ibu, aku bersiap-siap di kamar. 

Rencananya, tanpa menunggu Mindy dan Mas Doni bangun, aku akan kembali ke Jakarta dan langsung ke Sydney melalui Kualalumpur. Walaupun mereka mengantarku atau tidak, mereka takkan ikut. Sebenarnya masih ada waktu, tapi sudahlah... aku hanya ingin pergi secepatnya.

Aku tahu aku melarikan diri lagi. Tapi ini satu-satunya cara yang terpikir. Bukankah aku jagonya melarikan diri dari dulu?

Dari balik jendela, aku melihat cahaya lampu sorot dari mobil yang sedang bergerak menuju rumah di tengah kegelapan pagi buta itu. Itu pasti mobil yang kutunggu. Aku mengambil ransel dan topi.

Seisi rumah masih sepi saat aku melangkah pelan-pelan menuruni tangga. Seluruh kamar berada di lantai dua, termasuk kamar besar yang ditempati Kak Malik dan istrinya. Saat aku turun, seluruh ruangan di bawah gelap gulita. Hanya lampu teras yang menyala.

Perlahan-lahan aku membuka pintu, sebelum menutupnya sambil mengunci pintu kembali. Setelah itu, aku menyelipkan anak kunci melalui bagian bawah pintu. Belum lagi mobil pesananku itu tiba, aku sudah menyongsong mereka di jalan kecil. Benar saja, ada Kak Devira melambai padaku melalui jendela mobil.

Aku langsung masuk, dan mobil juga segera berputar. Meninggalkan perkebunan itu. Aku menoleh sedikit kembali melihat rumah di atas bukit itu. Kuhela napas kuat-kuat.

Selamat tinggal Kak Malik, terima kasih memberiku kenangan terbaik. Semalam adalah bagian terbaik untuk mengakhiri hubungan kita selamanya. Aku akan pergi dengan perasaan tenang, menyerahkanmu pada perempuan sebaik Mbak Erni. Kau bahagia bersamanya, dan aku akan bahagia dengan kenangan kita berdua.

Aku merogoh saku jaketku. Mengambil ponsel dan mengecek email. Sekali lagi kubaca email itu.

I am pleased to inform you that you have been admitted for Summer Program semester 2018 to the Ph.D. Program Life and Natural Sciences at the University of Munster. You have been admitted...

[TN: Dengan senang hati saya informasikan bahwa Anda telah diterima dalam program Musim Panas Semester 2018 untuk Program Ilmu Pengetahuan Alam dan Kehidupan di Universitas Munster. Anda telah dinyatakan... ]

Sudah lama aku berencana melanjutkan pendidikanku di negeri yang Ibu pilih untuk menjadi negaranya. Aku juga ingin tahu perkembangan produk yang pernah membuat hidupku berantakan itu. Setidaknya aku ingin melihat banyak orang yang akan bahagia untuk penemuan itu dan kalau perlu seperti Ibu, aku juga ingin belajar mengembangkan sebuah produk yang bisa menyelamatkan nyawa banyak orang.

Ini juga cara terbaik untuk bisa melupakan Kak Malik selamanya. Nanti di Sydney, aku akan membicarakan dengan Ibu. Ibu pasti senang. Aku hanya perlu meyakinkan Papa dan Mama bahwa kepergianku ini hanya sementara.

"Ya, udah sampe," kata Kak Devira sambil membuka pintu. Aku mengikutinya.

Kami berjalan masuk menuju terminal keberangkatan. Kak Devira yang bertugas menemaniku ke Sydney. Setelah check-in, Kak Devira sibuk menelpon dan berjalan mondar mandir dekat jendela kaca. Sementara aku hanya duduk sambil minum secangkir kopi di lounge VIP itu.

Aku agak kaget saat ponselku berbunyi. Sesaat aku menatap layar monitor yang menampilkan sebuah nomor asing yang tak terdaftar dalam kontakku. Suara lagu dari dering ponselku membuat orang-orang di sekitarku melirik, termasuk Kak Devira yang tengah bicara. Tak enak, aku mengusap layar monitor, menjawab panggilan itu.

"Halo?"

"Aya, kenapa kamu pergi?" tanya suara di ujung telepon memberondong tak sabar. Suaranya sedikit terengah seperti sedang berlari.

My Cool Bodyguard, Let Me Free! [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang