1 ; Millie

1K 108 205
                                    

Jakarta, 2019.











"Jangan goblok, Mil. Sampe kapan kamu mau pura-pura gak tau?"

Jelas. Perkataan Anta bukan lagi sindirian ataupun sarkasme. Anta jelas tengah mengatai Millie yang sedari tadi hanya diam memeluk kedua lututnya di atas tempat tidur.

Anta, laki-laki dengan nama lengkap Wonanta Satryadinaga, laki-laki yang lebih tua dua tahun dari Millie, laki-laki yang akrab dipanggil dengan sebutan Abang oleh Millie, laki-laki yang mengenal Millie dengan segala kebodohannya sejak gadis itu menyapa dunia.

Keduanya terdiam. Anta mengusak kasar surai legamnya menatap Millie yang linglung dan mematung sementara laki-laki itu masih berdiri di sisi ranjang yang berdecit ketika di dudukinya.

Banyak kalimat yang sedari tadi berputar-putar secara random dalam otak Millie. Pun amarah yang rasanya ingin dimuntahkan dari mulutnya.

Tapi sekali lagi, Millie membisu.

Hening dan suara gerimis menjadi kombinasi yang sempurna mengiringi sendu yang tak berujung dalam sorot mata Millie.

"Aku masih cinta sama dia, Bang."

Kadang rasa memang seperti itu. Tinggal dan menetap. Mengedepankan hati, tapi menumpulkan logika. Karena rasa, segalanya akan terasa baik-baik saja walau dunia hancur di depan mata.

Tidak. Millie bukannya tidak menyadari bahwa dunia sedang hancur di depan matanya. Millie bukannya tidak tau jika langit runtuh menimpanya dan bumi tempatnya berpijak terpecah, melemparkannya ke dalam perut bumi.

Hanya saja,
Millie menolak tau.

"Mil, please. Jangan membutakan matamu cuma gara-gara kamu cinta sama dia."

Hening sekali lagi. Anta tau, Millie terlalu keras kepala untuk mendengar wejangan-wejangannya.

Millie Juanita Charliven, si gadis batu. Anta tau betul tabiat gadis ini. Entah Millie sedang bahagia, sedang merajuk, sedang marah, sedang sedih, atau bahkan ㅡ sedang pura-pura bahagia.

Jika ada orang pernah berkata bahwa tidak ada pernah ada hubungan pertemanan yang murni di antara laki-laki dan perempuan, maka sepertinya Wonanta Satryadinaga dan Millie Juanita Charliven patut menjadi duta yang mematahkan paradigma itu.

"Millie, jujur sama aku. Hati kamu sakit 'kan?"

Iya. Sakit. Sakit sekali. Setidaknya itu yang ingin di ungkapkan Millie. Tapi sekali lagi semua jeritnya hanya tertahan di pangkal lidah, turun dalam kerongkongan dan menghimpit paru-parunya memberikan rasa sesak tak terkira hingga melelehkan air mata yang sudah ditahannya setengah mati.

Berkali-kali Millie meninggikan egonya, menekankan pada dirinya bahwa dia baik-baik saja, semuanya baik-baik saja. Tapi, berkali-kali pula sudut hatinya berteriak. Memberontak.

Sungguh, demi apapun. Millie sedang tidak baik-baik saja.

Anta menarik Millie, mendekapnya hangat. Lelehan-lelehan air mata Millie perlahan turun lebih deras seakan berlomba dengan tetesan gerimis, isakannya menjelma di antara suara gerimis yang menampar kaca jendelanya.

"Mil, dengerin nih ya. Pura-pura bahagia itu capek tau," bisik Anta yang disambut isakan hebat gadis itu yang meleleh di bahunya.

"Jo ㅡ Johan, sebentar lagi aku ㅡ " Nama itu lepas dari mulut Millie dengan suara parau dan napas sesegukan.

"Mau tunangan sama Johan. Iya, aku tau. Aku tau kamu cinta sama Johan. Tapi aku juga tau, Millie Juanita Charliven gak sebodoh itu untuk mempercayakan masa depannya sama laki-laki brengsek yang punya nama Johan Tri Sastro itu."

Perkataan Anta membungkam mulut Millie dengan cantik, mencelikkan logika Millie yang buta, dan menancapkan duri semakin dalam kala Millie mau mengakui hal itu.

Millie merapatkan cengkramannya pada jumbai kemeja Anta. Mendekap Anta lebih erat lagi seolah dengan begitu akan menghilangkan rasa sakit di dadanya.

Nyatanya tidak.

Sakit itu semakin menancap kuat di dadanya, seolah menusuk tepat pada jantungnya. Sakit yang seolah menyanyati kulitnya perlahan-lahan.

"Udah. Jangan nangis. Mending tau sekarang kan daripada besok kalo udah nikah?"

Rasa memang seperti itu.

Kadang menyejukkan hati seolah kau sudah punya segalanya. Kadang juga menyesakkan hati tapi enggan beranjak.

"Inget! Bukan kamu yang dicampakkan. Tapi kamu yang mencampakkan Johan," tegas Anta sekali lagi.

Jika saja bisa. Hanya jika saja bisa. Millieㅡmasihㅡingin mengingkari.

Dan jika saja boleh. Hanya jika saja boleh. Millieㅡmasihㅡingin bertahan.

Johan pasti bisa berubah dan menyadari perasaan tulus Millie untuknya. Setidaknya itu yang dimimpikan Millie. Dan akan tetap menjadi mimpi.

Millie masih tak mengerti, bagaimana bisa Johan melakukan ini padanya?

Laki-laki bersampul hangat, dewasa, dan penyabar. Laki-laki yang meneduhkan hati Millie, setidaknya untuk dua tahun ini, sebelum Millie tau, Johan bermain hati.

Permainan cantik yang baru diketahui Millie satu minggu menjelang pertunangannya.

Tanda tanya besar dengan warna transparan menggantung tepat di atas kepala Millie.

Kalau Johan tidak benar-benar mencintainya, kenapa Johan dengan beraninya mengajaknya bertunangan?

Millie memberi ruang untuknya menatap Anta. Matanya yang masih berair membuat Anta tersenyum miris mengusap pipi gadis itu.

"Besok bisa nganter aku?" pinta Millie.

"Kemana?"

"Ketemu Johan. Aku mau ngomong."

Anta mengangguk mengiyakan permintaan Millie. Detik berikutnya, kembali tersenyum gemas mengusak puncak kepala Millie.

"Udah jangan nangis. Jelek kamu. Ingus kemana-mana."

Dan Anta berhasil menerbitkan senyum tipis di bibir Millie.

Dan akan selalu begitu.

ㅡㅡㅡ


























Suatu hari di 2014, di teras rumah Millie, di Surabaya.

"Bang, kamu gak kuliah? Kok malah mau buka warung mie ayam?"

"Ntar aja, bareng kamu. Katanya mau kuliah di Jakarta? Tante nitipin kamu sama aku."

"Dih, kayak kamu tau Jakarta aja."

"Gini-gini sebenernya gue orang ibukota tulen!"






TBC.






















ㅡㅡㅡ

Iya. Ini cerita emang begini.

Paham gapapa, gapaham juga gapapa :"))

Semoga kalian suka ya.

Fyi aja, selalu ada alasan kenapa namanya dua atau tiga kata, selalu ada alasan kenapa kejadiannya seperti ini, selalu ada alasan kenapa tempat ini yang dipilih sebagai latar, selalu ada alasan kenapa cerita ini dibuat :"))







Sampai jumpa lagi.

Bahagia.

Catatan :

Ini baru test wave ya,
Main role-nya emang belom keluar.

Kalo sampe 5 vote (Ada 5 orang aja yang baca), Aku lanjut :"))

Senja Warna Biru [COMPLETE] [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang