38 ; Setiap Kali Disebutnya

193 34 151
                                    

Kok update-nya cepet?
Ya gapapa, lagi kangen.

Ramaikan.

ㅡㅡㅡ





















"Setidaknya, tanpa ikatan akan ngebuat aku jadi lebih tau diri kalo suatu saat dia pergi."

ㅡMillie Juanita Charliven

ㅡㅡㅡ










































Mahasiswa semester akhir tidak pernah jauh dari wajah kusut dan surai yang berantakan. Kadang, pakaian mereka yang jarang ganti menandakan bahwa mereka belum pulang dari kampus berhari-hari demi mengejar skripsi.

Kurang lebih begitu yang tengah digeluti si empat serangkaiㅡJuniar, Yuson, Daru, dan Septa. Mereka bahkan lebih sering tidur di ruang sekretariat bersama.

Iya, mereka tidak bisa membantu satu sama lain karena jurusan yang berbeda, tapu setidaknya mereka bersama. Mereka bisa saling menguatkan ketika salah satu dari mereka lelah dan ingin menyerah.

"Anjing!" Septa memaki kesal pada laptopnya yang mendadak mati.

"Kenapa, Sep?" tanya Yuson.

Mendadak, seluruh keringat dingin mengucur dari pelipis dan dahi Septa. Laki-laki ini mengusapnya kasar selagi tangannya menekan-nekan tombol power laptopnya yang tak kunjung menyala lagi.

"Coba ganti pake charger gue nih, barangkali charger lo rusak." Yuson lalu menyodorkan charger laptop miliknya pada Septa.

Tak heran kalau Yuson menduga charger laptop Septa rusak. Pasalnya, charger laptop milik Septa memang sudah seperti senjata tempur dengan lakban di bagian adaptor dan colokannya yang sudah dimodifikasi sedemikian rupa setelah melewati rentengan reparasi pribadi dengan kabel yang sengaja ditekuk ke sana dan kemari agar aliran listriknya tidak terputus.

Septa semakin panik ketika charger laptop dari Yuson tak juga menyalakan laptop. "Mati gue, sat!" umpatnya.

"Kerjaan udah di simpen?" Juniar menyelah.

"Udah pas sampe sebagian tadi, edit terbaru ya belom," sahut Septa.

"Program lo udah di backup?" Kini Anta turut menyahuti.

Septa menggeleng lemas, "Masih di drive C semua."

"Lain kali simpen di drive lain aja, ato upload ke google drive aja sekalian biar aman, Sep. Jaga-jaga kalo laptop ngadat dan mendadak kudu install ulang."

"Doa lo bangsat banget, Ta!" Septa kesal sendiri, laki-laki ini lalu beringsut mendekati Anta. Tanpa aba-aba, ia mencabut charger laptop Anta dan mencolokkannya pada laptopnya sendiri.

"Eh, bisa! Kudu satu merek kayaknya." Septa lalu menyeringai di akhir kalimatnya. "Pinjem dulu, Ta."

Anta menghela napas heran melihat kelakuan Septa yang terlihat kacau dengan pikiran akan skripsi, laptop, dan lelah.

Sementara Septa membiarkan laptopnya mengisi daya, ia beringsut ke sudut ruangan. Laki-laki ini mengambil satu batang lintingan tembakau dan mematiknya.

Satu dan dua kali kepulan asap pikirnya akan sedikit mengurangi penatnya.

Anta lalu menatapi temannya satu per satu, "Kalian kayaknya pada butuh liburan dulu deh," usul Anta.

Senja Warna Biru [COMPLETE] [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang