7 ; Juniar

354 63 230
                                    

"Loh! Astaga!
Obatnya Mbak ketinggalan!"

ㅡMillo Juan Charliven

ㅡㅡㅡ























Langit masih gelap.

Masih petang.

Namun, agaknya suasana di kediaman Anta sudah seperti siang hari saja. Cukup ribut dengan suara teriakan Millie.

"Kamu di rumah aja ya! Mbak sama Bang Anta pergi dulu. Byebye Millo!"

Anta jadi tersenyum gemas sendiri.

Jujur saja, ini pertama kalinya Anta melihat Millie sesemangat dan seceria itu sejak perpisahannya dengan Johan.

"Bang, ini Bang tolong." Millie memberikan carrier-nya untuk diletakkan di bagasi mobil Anta.

Terlalu banyak barang yang harus dibawa, jadi Anta memutuskan untuk membawa mobilnya ketimbang harus menumpuk-numpuk barang bawaannya pada si Betty.

Lagipula, Anta harus jadi supir perjalanan hari ini. Jadilah mobilnya dikorbankan untuk mengangkut manusia-manusia yang ingin mencumbui alam hari ini.

"Mbak Millie!!! Mbaaaaak!!"

Dari dalam rumah, Millo mendadak berlari pontang-panting menyusul Millie yang beruntungnya masih ada di teras rumah.

"Apa sih, Dek?"

"Ini ketinggalan." Dengan tampang tidak pedulinya, Millo menyodorkan pouch obat-obatan yang ditemukannya di atas meja makan. "Gak lucu kalo mbak kumat di tengah hutan. Gak ada rumah sakit! Ini juga buat camilan di jalan kalo mbak laper."

"Astaga iya! Makasih ya, Dek." Millie jadi terharu. Tidak disangka, Millo membuatkan sandwich telur untuk bekal Millie dalam perjalanan.

Millo mengangguk. Beberapa detik kemudian, Millie dan Anta sudah terduduk di dalam mobil.

Sebelum melaju, Millie menurunkan jendela mobilnya, menyapa adik tercintanya yang akan ditinggalkannya selama 3 hari itu.

"Ati-ati di rumah, Dek. Jangan nakal. Jangan ngerepoti Bi Susi!" ledek Millie sambil melambaikan tangannya melewati kaca mobil.

"Iya, Mbak. Mbak juga ati-ati ya di hutan. Jangan nangis-nangis ato teriak-teriak ya kalo malem. Nanti dikira kesurupan."

"MILLO!!!" Sungguh, jika saja mobil Anta tidak sedang melaju, mungkin Millie sudah turun dan mejambak rambut adiknya itu.

Sementara Millie merengut sebal, Millo hanya terbahak puas sampai memegangi perutnya yang terasa kaku. Begitupun Anta yang terkekeh puas mendengar perdebatan Millie dan Milllo.

"Abang sama Millo sama aja iih! Rese!"

Setelah beberapa menit melaju di jalanan yang masih kosong melompong di pagi-pagi buta, Millie kini mengekori Anta sampai ke depan gedung ormawa (organisasi mahasiswa).

Di halaman depan gedung sudah ada beberapa peserta yang berkumpul lengkap dengan barang bawaannya masing-masing. Pun jajaran panitia yang juga sibuk memeriksa kelengkapan barang bawaan.

"Woy! Udah pada ngumpul nih?" sapa Anta yang kemudian melayangkan tos dengan kawan organisasinya itu.

"Udah. Lo aja yang ngaret," sahut Yuson.

"Ya sorry."

"Oh, ini toh adeknya Anta?"

Millie lalu tersenyum simpul. "Iya, Kak."

Senja Warna Biru [COMPLETE] [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang