47 ; Isak Fajar

244 31 186
                                    

Danger!!

Ini Sabtu :"))

ㅡㅡㅡ




























"Salah gak sih kalo gue seneng?"

ㅡWonanta Satryadinaga

ㅡㅡㅡ














































Kopi, kepulan asap rokok, dan derai tawa membuat gelap terasa hangat malam itu. Anta jadi hanyut terbahak menertawakan Yuson yang malam itu katanya sedang gelisah.

"Kalo suka itu ya ditembak. Nah lo diem-diem bae, mana cewenya tau, Son?" tukas Septa masih setengah tertawa

"Eh, siapa nama cewenya tadi?" tanya Anta.

"Hilda," jawab Daru cepat.

"Heh! Ini tuh gak segampang yang lo pada kira." Yuson jengah, ini kawannya apa tidak bisa sedikit saja mendengar isi hatinya tanpa menertawakan?

"Kan selama janur kuning belum melengkung, masih sah aja mau mepetin." Septa dan Daru lantas terbahak mendengar usulan Yovin, sementara Yuson melengos sebal.

Anta berusaha keras menahan tawanya agar kopi yang tengah disesapnya kini tak menyembur ke wajah Daru yang duduk di hadapannya. Lalu, ponselnya yang sedari tadi teronggok tak berguna di sisi meja bergetar.

Tanpa diperintah, ada senyum tipis tersemat di sudut bibirnya ketika melihat nama yang terpampang di layar ponselnya.

"Kenapa, Mil?" Sahut Anta sedetik setelah menekan tombol hijau pada layar ponselnya.

Lalu, bagai tersambar petir, tubuh Anta menegang. Tawa dan senyum hangatnya yang sedari tadi sirna dimakan cemas. Tak ada jawaban setelah pertanyaan yang dilontarkan. Tapi, di seberang sana, Millie terisak.

Bersamaan dengan itu, Juniar kembali bergabung dalam lingkaran tawa hangat mereka. Selagi yang lain masih sibuk melempar godaan untuk Yuson, laki-laki jangkung itu datang dengan wajah kusutnya dan lalu menyambar cangkir kopinya.

Juniar lalu mengusap wajahnya kacau setelah meletakkan ponselnya asal-asalan di atas meja.

Mendadak, perasaan Anta jadi semakin was-was. Terlebih, isakan Millie terdengar semakin pilu. Tanpa perlu dijelaskan, Anta tahu, ada yang tidak beres di antara Millie dan Juniar.

"Mil?" Lagi Anta bertanya.

Mendengar nama Millie, Juniar lantas mendongak beradu tatap dengan Anta yang sedari tadi diam-diam menatapnya tajam. Lalu, ada rasa panas yang menyusup di antara Anta dan Juniar.

"Ijun, Bang." Hening sekali lagi, hanya isakan-isakan perih yang lagi-lagi di dengar Anta.

Lalu, Anta jadi geram. Laki-laki ini mengatupkan rahangnya rapat-rapat, tangannya yang tersembunyi di bawah meja mengepal erat menatap Juniar. Laki-laki jangkung itu lantas menyadarkan punggung, menatap Anta seolah berkata, lo gak perlu ikut campur!

Anta tertunduk, dan terpejam selagi memijat puncak batang hidungnya. Ia menarik napas dalam-dalam, berusaha keras menepis emosi yang mungkin akan meledak beberapa detik lagi. "Tunggu, ya! Aku bentar lagi pulang. Kamu yang tenang dulu," bisik Anta menenangkan gadis itu di ujung telpon.

Tanpa menunggu jawaban, Anta memutus panggilannya dan berdiri selagi tangannya menyambar kunci motornya. "Heh! Mau kemana, Ta?" tanya Daru.

Anta menghela napas panjang dan lalu menatap Juniar sinis. "Millie," sahutnya.

Senja Warna Biru [COMPLETE] [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang