17 ; Kemilau Senja

278 49 234
                                    

Danger!!

Ini part kesukaan aku gais.
Siapin air putih dulu! Chapter ini bakalan terasa panjang dan lamaaaaa :)) Isinya 1/10 keju.

Boleh lah tolong ramaikan seramai-ramainya biar jantung kita joget bersama.

ㅡㅡㅡ






























"Jadi, cewe yang waktu itu Millie?"

ㅡJuniar Dwi Wisesa

ㅡㅡㅡ
























Sejak Millie memberanikan diri menyapa Juniar lewat Direct Message di Instagram, entah kenapa keduanya jadi saling membuka diri.

Reaksi Juniar yang begitu kocak dalam tiap perbincangan tidak langsung itu membuat Millie tidak harus berpikir dua kali untuk mengirimkan komentar pada storygram yang dipajang laki-laki itu.

Pun kini Juniar tidak jarang memberikan komentar pula pada storygram yang dipasang Millie pada sosial medianya itu.

Lalu, entah sengaja atau tidak, lama-kelamaan keduanya seolah saling melemparkan kode.

Seperti semalam, Juniar memamerkan satu cup es krim yang tengah dinikmatinya sendirian di sebuah franchise makanan cepat saji, lalu Millie dengan tanpa sungkan meminta traktir.

Millie pikir, Juniar hanya bercanda. Tapi, agaknya sekarang Millie harus mulai berhati-hati dengan mulutnya yang asal bicara itu.

"Eeh, ada Millie," sapa Daru saat mendapati gadis itu duduk dan fokus menatap layar laptopnya di ruang sekretariat.

"Hehe iya kak, numpang ruangan sekalian ngerjain tugas dulu."

"Santai aja kali."

Millie lalu mengedarkan netranya. Biasanya, kalau sudah ada Daru, itu artinya juga ada Juniar.

Tapi, juntaian rambutnya saja tak terlihat.

Juniar bukannya lupa, Juniar masih ada urusan dengan dosen pembimbingnya perihal laporan magangnya.

Laki-laki ini menilik jam tangan yang melingkar di pergelangannya. "Udah nungguin belom ya?" monolognya.

Harusnya Juniar sudah mengirimkan Direct Message lewat Instragram-nya untuk memberitahu gadis itu kalau dirinya masih ada urusan. Tapi tidak ada balasan. Dibaca pun tidak.

Usai dengan segala perkara yang menahannya, Juniar segera melajukan motor biru-putihnya ke gedung ormawa.

Kaki jenjangnya terburu untuk menaiki dua anak tangga sekaligus. Sampai di lantai tiga, Juniar berhenti, mengatur napasnya. Sungguh, Juniar tidak ingin terlihat terburu-buru.

Masih dengan dinginnya, Juniar menepuk pundak Millie yang asik dengan laptopnya.

"Jadi gak?" tanya Juniar singkat ketika Millie menoleh padanya.

"Ya terserah, sih. Jadi apa gak?" Juniar menghela napas kesal.

Ini bagaimana? Yang ditanya malah balik bertanya. Rasanya jadi sia-sia Juniar terburu-buru ke ruang sekretariat.

Juniar melengos saja meninggalkan Millie. Millie jadi bingung, ini jadi atau tidak?

Laki-laki itu terlihat menaruh ranselnya di sudut ruangan, mengambil dompet dan ponselnya lalu kembali menghampiri gadis itu.

Senja Warna Biru [COMPLETE] [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang