13 ; Distraksi Semesta

304 52 215
                                    

"Daru bener.
Mereka emang deket banget, sih."

ㅡJuniar Dwi Wisesa

ㅡㅡㅡ










































Puncak Gede, 3019 mdpl.

Langit seolah tak pernah lelah untuk menunjukkan keindahannya.

Pagi itu, Millie baru tau kalau langit punya banyak lapisan warna. Tidak melulu biru, putih, gulita, ataupun kekuningan.

Semburat warna kuning perlahan muncul di antara biru. Lalu, lapisan merah jambu, keunguan dan bahkan sedikit percikan warna hijau menghias di sekeliling pusat kemilaunya.

Sungguh, perjalanan panjang dan melelahkan yang ditempuh subuh ini demi mencapai puncak gede rasanya sirna begitu saja.

Millie lalu mengeluarkan ponselnya, mengabadikan lapisan warna langit yang tak pernah dilihatnya di kota.

"Langit doang apa bagusnya? Ada aku baru bagus." Anta dengan segala tingkat percaya dirinya kini berdiri di hadapan Millie. Tanpa bicara, raut Anta cukup untuk menuntut potret dari Millie.

Gadis itu memutar bola matanya jengah. "Apa bagusnya? Yang ada bosen liat Abang mulu."

Anta lalu terbahak, beranjak mendekat dan merebut ponsel gadis itu. "Berdiri sana! Aku fotoin," titahnya.

Millie dengan antusias segera mengambil jarak beberapa meter di hadapan Anta. Setelah beberapa kali mengambil foto gadis itu, Anta mengarahkan kamera ke hadapannya. "Sinian, ayo foto bareng."

Dengan senang hati, Millie menghampiri. Gadis itu tersenyum selebar mungkin ketika Anta mencubit pipinya, mengapit leher gadis itu dengan lengannya, ataupun mengusak kepala gadis itu.

Sungguh, Millie bahagia, tanpa tau Juniar memperhatikannya.

Juniar mengambil foto Anta dan Millie, diam-diam.

Tidak. Juniar tidak sedang cemburu. Juniar hanya sedang mengabadikan setiap kisah pendakian hari ini, setiap kebahagiaan yang tercipta hari ini.

Sampai-sampai, Juniar lupa. Kalau kebahagiaannya juga perlu diabadikan.

"Jun, fotoin gue dong," teriak Daru.

"Foto sendirian doang? Gak seru! Sama Ana dong!" Juniar menantang.

"Sialan lo!"

"Na, Ana!!" Juniar melambai, membuat Ana menghampirinya.

"Sini foto sama gue, Na." Daru, dengan tidak tau dirinya mendahului niat Juniar yang ingin mempermalukannya.

"Iya ayo! Aku juga belom foto sama Kak Daru." Tidak disangka, Ana merespon baik. Sungguh, Daru harus berterimakasih pada Juniar setelah ini.

Lalu, dengan tidak tau dirinya lagi, Daru dan Ana memamerkan pose yang menggemaskan. Entah Daru yang menarik turun kerpus yang dikenakan Ana hingga menutup matanya. Entah itu Ana yang seolah menedang betis Daru. Entah itu Daru dan Ana yang saling membelakangi kamera dan bersandar pada pundak satu sama lain.

"Woy! Gak tau diri banget di sini ada jomblo!" protes Juniar.

"Lah, kan lo sendiri yang ngusul gue foto sama Ana."

Ana hanya terkekeh, "Kak Ijun sih, Kembangnya diputusin, kalo engga kan seenggaknya nih Kak Ijun bisa pamer foto lagi di gunung ke pacar. Syukur-syukur kalo Kembangnya bisa dibawa."

Senja Warna Biru [COMPLETE] [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang