46 ; Perihal Jarak

210 31 259
                                    

Danger!!

.... (Coba isi sendiri nanti kalo abis baca)

ㅡㅡㅡ























"Ternyata,
jarak terjauh itu bukan perihal angka."

ㅡMillie Juanita Charliven

ㅡㅡㅡ


























Rindu tetaplah jadi alasan ketika jarak ribuan kilometer pun rela ditempuh untuk bisa berjumpa. Sungguh, seberapa canggih pun kemajuan teknologi saat ini, video call masih saja mempertebal keinginan untuk memeluk.

Kadang, seberapa seringpun kau bertatap muka pada layar ponsel, itu tidak akan pernah cukup dan tidak akan pernah mampu untuk menggantikan peluk.

Untuk itulah Dena bertandang ke Jakarta. Agaknya, kesibukan kuliah dan waktu libur semester yang tersita dengan KKN membuat anak-anaknya tidak bisa pulang ke Surabaya kemarin.

Ada yang berbeda pada akhir pekan ini. Jika biasanya Millie pergi bersama Juniar, dan Millo pergi hanya untuk sekadar menghabiskan kopi dan bersama kawannya, kali ini keduanya diam di rumah saja, menghabiskan waktu bersama Denaㅡsang Ibunda.

"Millo tuh, Ma. Di kampus suka tebar pesona! Gebetannya banyak!"

"Heh! Mbak! Aku gak pernah tebar pesona ya!"

"Cih! Yang kemaren gegayaan nolongin anak pingsan siapa tuh?"

"Eh! Itu lagi latihan basket, terus dia pingsan di tengah lapangan, ya kali gak aku tolong? Temen UKM loh!"

"Temen UKM sekaligus gebetan? Kayaknya sering kamu anterin pulang."

Apa-apaan sih? Kalau Millie semakin mendesak begini, Millo kan jadi kelabakan. Kehabisan alasan untuk berkelit, Millo sudah mengangkat bantalan sofa, ia bahkan sudah mengambil ancang-ancang untuk melemparkannya pada orang yang selalu ia panggil dengan sebutan 'Mbak' itu. Sampai akhirnya, "Udah-udah gak boleh berantem. Gak pernah aku banget ini adek-kakak," lerai Dena.

"Juan kalo punya pacar kenalin sini dong sama Mama." Lalu, agaknya Dena berpihak pada anak sulungnya, membuat Millie cekikikan puas selagi Millo mencebik sebal.

"Engga, Ma! Bukan pacar, astaga. Baru deket doang. Mbak itu loh yang udah punya pacar baru, Ma!" Lalu, dengan kesalnya, Millo membengkokkan topik pembahasan pada sang Kakak.

"Eh iya, kata Anta, Mbak Millie udah punya pacar?"

Millie hanya menyeringai tertawa menjawab pertanyaan Dena, "Namanya siapa, Mbak?" lanjut Dena.

"Juniar, Ma."

Lalu, entah kenapa, air wajah Dena jadi gelisah. Wanita paruh baya itu menatap Millie lamat-lamat dengan dahi yang sedikit terlipat. Jujur saja, ia was-was. "Anaknya gimana, Mbak? Baik kan?" pasti Dena.

Masih ingat perihal Johan dan Millie yang hancur tanpa sisa?

Iya. Dena khawatir kalau-kalau Millie akan tersakiti lagi.

"Baik kok, Ma."

Dena tak punya pilihan selain sekali lagi mempercayai Millie. Terlebih ketika Dena melihat anak perempuannya yang kini sudah bisa kembali tersenyum cerah.

"Yaudah iya deh. Besok lusa, ajakin Juniar sekalian ya, Mbak."

Millie lantas mengeryit, "Emangnya kita mau kemana, Ma?"

Senja Warna Biru [COMPLETE] [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang