19 ; Deringan Rindu

265 49 276
                                    

Danger!!

Chapter isi 2/10 keju.
Awas jantungmu umjigyeo.

Ini update-an dikala sibuk (banget) ku.

Koment yang banyak biar cepet update-nya, biar semangat akunya :"))

ㅡㅡㅡ





























"Millie Juanita Charliven."

ㅡJuniar Dwi Wisesa

ㅡㅡㅡ






























Sudah 3 hari Juniar tidak melihat Millie tiap datang ke ruang sekretariat. Juniar pun hanya bisa menghela napas panjang saat terduduk di sudut ruangan.

Rindu? Entahlah.

Jika dikatakan rindu, untuk apa? Toh Juniar juga masih terus bertukar kabar dengan gadis itu di WhatsApp.

Jika dikatakan tidak, tapi Juniar tidak bisa membohongi harapannya untuk melihat Millie tiap datang ke ruang sekretariat, walaupun Juniar tau Millie belum kembali ke Jakarta.

Yang jelas, Millie datang bagai badai matahari yang mendistraksi seluruh isi semestanya.

Juniar lalu meraih ponsel dari dalam tasnya. Sekali lagi, laki-laki itu memeriksa ruang obrolannya dengan Millie. Dan sialnya, Juniar jadi khawatir sendiri.

Pagi tadi, Juniar bertanya bagaimana kabar Mamanya. Tapi sampai sore ini, Millie belum juga membalasnya, Millie hanya membacanya.

Hatinya mulai bertanya-tanya, apa terjadi sesuatu? Apa Millie sibuk?

Dan, apa Millie mengabaikannya?

"Ah bodo ah!" Juniar bermonolog.

Lalu, Juniar beringsut keluar sambil masih menenteng ponselnya. Laki-laki itu terduduk di bangku panjang di depan ruang sekretariat.

Juniar pikir, duduk diam mendengarkan suara angin dan bercengkrama dengan senja saat ini adalah pilihan yang tepat untuk mendiskusikan gelisahnya.

Sungguh, rasanya Juniar sudah setengah mati menolak keberadaan Millie. Tapi, Juniar lagi-lagi berakhir mencari gadis itu.

Jangan lupakan Juniar pernah berkata sedang tidak ingin menjalin hubungan asmara.

Tapi, Millie berbeda.

Menurutnya, Millie itu seperti dirinya sendiri. Millie dengan keanehannya, Millie dengan game-nya, Millie dengan kesukaannya, Millie dengan prinsipnya, Millie dengan dirinya.

Lalu, dengan lancangnya, otak Juniar bertingkah, 'Rasanya seperti menyanyangi diri sendiri. Menyanyangi diri sendiri, boleh kan?'

"Eh, gue mikir apa coba?" Tegur Juniar sendiri setelah memukul dahinya.

Bertepatan dengan itu, ponselnya berdering. Juniar sontak menegakkan badannya setelah melihat foto yang terpampang besar di layar ponselnya, foto profil WhatsApp Millie.

"Halo?" sapa Juniar setelah berdeham.

"Halo, Kak?" Dari seberang sana, Millie terdengar lesu.

"Iya kenapa, Mil?"

"Ya gapapa, maaf ya. Daritadi gak sempet bales WA-nya Kak Ijun."

Juniar tersenyum. Setelah rasa khawatir menggelayutinya sepanjang hari, mendengar suara Millie mendadak hatinya merasa tenang. "Lagi repot banget ya?"

Senja Warna Biru [COMPLETE] [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang