49 ; Pergi Diam-Diam

244 27 109
                                    

Danger!!

Udah malem. Jangan rindu. Kamu belom kuat.

ㅡㅡㅡ































"Bang Yovin bener."

ㅡMillie Juanita Charliven

ㅡㅡㅡ





























"Gak ke sekret, Mil?"

Siang itu, Yovin berniat mengajak Millie mampir ke sekretariat Mapala, tempat yang sudah lama tak diinjaknya selama hampir satu bulan ini. Gadis itu, lagi-lagi hanya tersenyum asimetris selagi menggeleng. "Engga, Bang. Aku di gazebo aja."

"Anta masih kelas kan?"

"Iya."

"Lama loh."

"Iya tau kok. Aku nunggu di gazebo aja, atau engga ya ke kantin," tandas Millie.

Yovin menghela kalah pada akhirnya. "Yaudah aku temenin aja deh."

Anta bilang, Millie tidak boleh menangis lagi hanya karena Juniar. Jadi, Millie hanya mencoba menepati janjinya. Millie pikir, menghindar adalah pilihan terbaik. Biar bagaimana pun, Millie tidak yakin akan baik-baik saja jika bertemu Juniar.

Millie harus belajar melupakan bukan? Seperti Juniar yang mungkin sudah melupakannya.

Tapi, bagaimana caranya melupakan jika Millie tidak bisa berhenti peduli pada Juniar? Ketika Millie tidak bisa menahan rindu yang terus bertumbuh semakin besar dan besar, tapi harus dibunuh saat itu juga. Ketika Millie mulai berpikir mencari kabar Juniar di sosial media adalah pelampiasan rindu terbaik.

Millie tertegun menatap layar ponselnya. Bukan, bukan layar ponselnya. Tapi tertegun menatap wajah riang Juniar yang baru saja memamerkan foto petualangannya di Instagram.

Juniar terlihat baik-baik saja, apa Juniar sudah melupakan semuanya? Apa semudah itu?

Setidaknya begitu yang berkecamuk dalam kepala Millie.

Diam-diam, ada sesak menyelinap dalam hatinya. Kalau boleh dikata, Millie rindu; Rindu Juniar yang dulu selalu mengisi harinya, mengulas senyum dan tawa; Rindu Juniar yang dulu begitu dekat dan kini hanya dapat dijangkau sejauh doa.

Berharap, jauh di sana, Juniar merindunya, sedikit saja.

"Woy!" Teguran Yovin lantas membuat Millie tersentak dan mulai menaruh layar ponselnya di atas meja kantin. "Ngelamun mulu! Itu makanan mau nunggu sampe abis kuahnya?"

Gadis itu tidak menjawab. Ia hanya segera mengambil sendok dan memakan nasinya dengan enggan. "Jadi kamu yang ditolak atau kamu nolak Ijun?"

Sial! Millie jadi tersedak. Ia tergopoh menyambar botol air mineralnya, meneguknya dengan rakus. "Ati-ati dong kalo makan, Mil," tukas Yovin santai, teman yang hanya terkekeh dan tidak membantu.

"Pertanyaanmu ngaco tau gak, Bang," sahut Millie.

"Ya gosipnya gitu. Kamu mendadak gak pernah ke sekret. Ijun juga jarang keliatan, mana jadi sering solo hiking, bolang sendirian, kalo gak ya sama temen SMA, ngehindari kita gitu kayaknya," tutur Yovin.

Millie terdiam. Jemarinya sibuk memutar-mutar sendoknya. Pikirannya terbang bersama rindunya yang semakin tinggi. Sungguh, Millie sedang setengah mati bertahan untuk tidak menangis saat ini.

Senja Warna Biru [COMPLETE] [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang