18 ; Pulang ke Surabaya

251 46 134
                                    

"Nah kenapa gue jadi peduli?"

ㅡJuniar Dwi Wisesa

ㅡㅡㅡ



























"Aku mau pulang, Bang. Aku mau ke Surabaya sekarang juga!"

Sore itu, senja tak lagi dirasa mampu untuk menyampaikan segala rindu dan khawatir yang dirasakan Millie.

Tangisnya pecah.

"Mil, tenang. Kamu tenang dulu ya?"

"Kamu sebenernya mau nganter aku apa engga sih, Bang?" Millie menyentak, netranya yang memerah dan berair.

Juniar dan Daru yang baru saja memasuki ruang sekretariat jadi bingung mendapati pemandangan ini.

Ruang Sekretariat Mapala tidak besar. Hanya ruangan persegi panjang berukuran 3 x 5 meter. Sepelan apapun tangisan dan rengekan Millie, seluruh manusia di ruang sekretariat ini masih bisa mendengarnya.

Yuson, Septa, dan Billa hanya menggeleng ketika Juniar menatapnya satu per satu.

"Udah ribut gitu pas gue ke sini," bisik Yuson ketika Juniar meletakkan ransel di sisinya.

"Emang kenapa?" Lalu, Yuson hanya mengangkat bahunya tanda tidak tau perihal duduk perkaranya.

Di sudut ruangan, Anta masih berusaha keras menenangkan gadis itu dengan sesekali menepuk punggungnya. "Sabar, bentar. Kita tunggu kabar dari Millo."

Juniar mengeryitkan dahinya. Biar bagaimana pun, Juniar juga manusia. Juniar penasaran.

Lalu, Juniar beringsut mendekat. Laki-laki itu duduk tepat satu meter di belakang Millie.

Dengan dahi yang masih terlipat, Juniar menajamkan rungunya.

"Bang, ini mama lagi kritis loh."

"Kalo kita maksa naik mobil ke Surabaya malah lebih lama, Mil. Bentar, sabar!"

Mendengar perbincangan singkat itu Juniar lalu mengangguk. Rasa ingin taunya terjawab sudah. Lalu dengan tidak tau dirinya, Juniar ingin menghibur.

Dering ponsel Anta lalu memecah ketegangan, "Iya, gimana, Dek?"

Beberapa detik berikutnya, Anta menghela napas berat. Laki-laki itu lalu memijit pelipisnya. "Yaudah kamu buruan balik ke sekret aja. Biar aku yang cek ke Stasiun."

Setelahnya, Anta menutup panggilannya. Di hadapannya, Millie menetapnya dengan penuh tuntutan. "Bandara baru aja take off 30 menit yang lalu. Penerbangan selanjutnya masih besok subuh. Millo aku suruh balik ke sini. Sekarang aku mau cek Stasiun dulu, kalo ada, kita naik kereta ke Surabaya sekarang juga. Kamu sabar!"

"Aku ikut, Bang," rengek Millie.

"Gausah! Kamu di sini aja. Aku gak mau ngebutku gak fokus gara-gara denger kamu nangis mulu. Kamu yang tenang ya! Mama kamu kuat, Mama kamu baik-baik aja."

Wonanta Satryadinaga. Entah untuk alasan apa, Millie selalu menuruti perkataannya. Sadar atau tidak, Anta sudah seperti sang pembuat keputusan dalam hidup Millie.

Anta lalu mengusap puncak kepala gadis itu. "Kamu yang tenang. Doain jadwal keretanya pas." Dengan patuhnya, Millie mengangguk.

"Aku pergi dulu." Anta tergopoh menyambar kunci motor dan jaketnya lalu melesat pergi, tanpa pamit dan tanpa penjelasan apapun pada tiap manusia di ruang sekretariat yang menatapnya heran.

Senja Warna Biru [COMPLETE] [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang