3 ; Anta Superhero Millie

560 82 332
                                    

"Kalau tiap malammu jadi begini,
Mungkin aku lebih suka kalau kamu tidak mengenal Cinta saja."

ㅡ Wonanta Satryadinaga

ㅡㅡㅡ


































Ternyata, melupakan tidak semudah mengakhiri. Millie pikir, semuanya akan baik-baik saja, atau bahkan terasa lebih baik jika ia mengakhiri kisahnya dengan Johan.

Tapi nyatanya, Millie hancur.

Rasanya, ada bagian dalam dirinya yang hilang. Ada bagian dalam dirinya yang merasa ini semua tidak nyata. Ada bagian dalam dirinya yang menganggap Johan masih 'bagian' dari hidupnya.

Rasanya, ada lubang besar mengangah dalam dadanya.

Hingga tanpa sadar, air matanya melelehㅡlagi.

Nyatanya, Johan Tri Sastro memang seberpengaruh itu dalam keseimbangan hidup Millie.

Hampir tiap malam, Anta harus berlari kalang kabut ke kamar Millie hanya karena mendengar suara gadis itu yang berteriak dan menangis.

Sembari memeluk dan menenangkan gadis itu, Anta selalu berpikir, mungkin Millie akan baik-baik saja kalau tidak mengenal Johan si brengsek itu. Mungkin Millie akan baik-baik saja kalau tidak mengenal cinta.

Sungguh, Millie tidak pernah tau bahwa kepergian Johan akan betul-betul menganggu bagian bawah sadar Millie.

"Yaellah nangis lagi." Siang itu, Anta mencebikkan bibirnya kesal kala melihat Millie menyepi di ruang tengah. Millie mengusap basah di pipinya saat Anta tiba-tiba duduk di sebelahnya. "Kamu yang nangis, aku yang gerah tau. Geregetan."

"Apa bagusnya Johan sih kamu nangisi dia terus? Jelas-jelas dia milih Naya loh." Agaknya, Anta mulai tak tahan dengan sikap Millie yang berubah jauh lebih melankolis belakangan ini. Tidak seperti Millie yang biasanya. Hangat dan ceria.

Masih hening. Millie masih berkabung atas mimpi dan harapan yang harus dikuburkannya.

Anta mendengus geram. "Mil, aku ada di sini buat jagain kamu loh. Kamu pikir Tante nitipin kamu ke aku itu buat liat kamu nangis terus gini?"

"Kamu jauh dari rumah bukan berarti kamu bisa nangis terus. Iya, kamu gak bikin Tante khawatir, nah orang Tante gak liat kamu. Tapi jadi aku yang kesel liatnya," cecar Anta.

Dua tahun yang lalu, Anta dan Millie bertandang ke Jakarta untuk menimba ilmu. Millie tinggal bersama Anta di kediamannya yang ada di Jakarta, bersama seorang pembantu rumah tangga tentunya.

Karena itulah Anta merasa punya tanggung jawab besar untuk menjaga Millie. Terlebih, mereka hanya berdua di ibukota.

Millie masih membisu, sungguh Anta geram. Dirinya merasa gagal. Emosinya meluap. "Brengsek Johan!"

Anta membanting kedua tangannya yang mengepal erat. Niatnya, Anta ingin menghampiri Johan dan mengajaknya adu jotos. Baru saja Anta berdiri, Millie justru menarik lengannya. "Bang, jangan."

"Terus gue harus gimana, Mil? Gue gak bisa liat lo terus-terusan nangis kayak gini! Lo gak bolehin gue bogemin si Johan, tapi lo juga gak bisa berhenti buat gue khawatir!" Tanpa sadar, Anta justru membentak Millie.

Jika sudah begini, Millie tau Anta benar-benar geram.

Dan kemudian, Millie justru tertunduk. Air matanya meleleh lebih deras.

Anta mengacak surainya kesal sambil sesekali setengah menjambak. "Goblok, Anta goblok!" makinya pada diri sendiri.

Pada akhirnya, Anta memilih untuk kembali duduk. "Maaf. Aku gak maksud ngasarin kamu."

Senja Warna Biru [COMPLETE] [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang