36 ; Berselisih

175 34 96
                                    

"Lah, ini kenapa sih?"

ㅡWonanta Satryadinaga

ㅡㅡㅡ
































Millie pikir, segala hal yang seringkali menbuat mood-nya naik turun akan turut berakhir setelah KKN berakhir. Namun, agaknya Millie harus menelan bulat-bulat harapannya.

Nyatanya, perselisihannya dengan Dhiva masih terus berlanjut.

Siang itu, ponsel Anta berdenting berkali-kali sementara sang empunya masih berada di toilet. Sudah lama sekali sejak terakhir kali ponsel Anta berdenting secara brutal karena punya banyak kekasih. Millie jadi penasaran.

Gadis itu menyambar ponsel Anta, menaruh telunjuknya pada fingerprint di ponsel Anta dan membuka ruang aplikasi WhatsApp. Lalu, perasaan kesal itu kembali mendominasi.

Millie mencebik kesal tatkala melihat nama Dhiva terpampang sebagai pengirim pesan yang membuat ponsel Anta berdenting brutal, terlebih ketika Millie membuka ruang obrolan Anta dan Dhiva.

"Ada yang chat?" Mendadak suara Anta menginterupsi.

Bukan bermaksud apa-apa, tapi tatapan Millie mendadak sinis pada Anta. "Abang lagi deket sama Dhiva?"

"Ya cuma deket-deket aja, sih. Seru anaknya, lucu."

Millie tak bereaksi, gadis itu hanya mengembalikan ponsel Anta ke tempat semula. Setelahnya, Millie beringsut keluar. Bangku panjang di depan ruang sekretariat adalah tempat yang menjadi pilihannya melampiaskan kesal.

Millie bukannya cemburu. Sungguh. Millie cuma tak habis pikir, bagaimana bisa musuh bebuyutannya justru akan jadi calon kekasih Abangnya sendiri? Rasanya Millie ingin mengunyah Anta, seperti tidak ada pilihan lain saja.

"Kenapa, Kak? Wajahnya kok bete gitu?" Ana yang baru saja sampai lantas turut duduk di sebelah Millie.

"Gapapa. Lagi kesel aja."

"Karena?"

Millie enggan menjawab. Sungguh, Dhiva dan segala tetek bengeknya adalah hal yang sangat ingin dihindari Millie.

Melihat Ana yang masih duduk di sisinya, Millie jadi punya rencana.

"Eh, Na, lo kenal Dhiva gak? Anak Ekonomi Management juga kok."

Ana lalu mengeryit, otaknya mencoba mengingat deretan kakak tingkat di fakultasnya. "Somiardhiva?" pasti Ana.

Millie sontak jadi heboh sendiri, "Nah! Iya itu, Na!"

"Oh iya, tau. Tapi gak deket sih, Kak. Cuma sekedar tau aja."

"Dhiva anaknya gimana sih, Na?" Setidak-suka pun Millie terhadap Dhiva, Millie masih mau mencari tau perihal Dhiva. Barangkali saja, Millie memang salah menilai.

"Hhm, gimana ya? Aku gak deket, Kak. Cuma emang dia anak hits gitu di fakultas. Banyak yang deketin."

Millie hanya mengangguk samar mencermati penjelasan Ana. "Emangnya kenapa, Kak?" tanya Ana kemudian.

"Gapapa, itu Bang Anta lagi deket sama Dhiva sejak KKN. Cuma aku gak feel aja sama cewenya. Mana ngeselin banget kalo ngomong." Millie berpikir sejenak. Sejujurnya ia ragu apa harus ia mencampuri hubungan Anta sejauh ini, tapi, "Na, aku bisa minta tolong gak?"

"Apa?"

"Bisa gak kamu cari tau Dhiva itu anaknya kayak gimana?"

"Gampang, nanti coba aku awasi kalo di fakultas."

Senja Warna Biru [COMPLETE] [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang