11 ; Tatanan Langit

315 52 199
                                    

"Dia masih sayang sama Johan.
Aku tau itu."

ㅡJuniar Dwi Wisesa

ㅡㅡㅡ

































Malam itu, tatanan langit terlalu indah untuk diabaikan.

Sambil masih bersandar pada batang pohon, atensi Juniar terpaku pada lapisan semesta itu.

Langit, tatanan bintang, suara angin yang merambat, jangkrik yang bernyanyi, dan deruan napas Millie yang masih tertidur di pundaknya entah kenapa jadi kombinasi yang melengkungkan senyumnya.

15 menit sudah Millie tertidur, agaknya gadis itu terlalu lelah usai menghabiskan tenaganya untuk melawan kesakitan.

"Mil, bangun dulu yuk." Juniar menggoyang pelan lengan gadis yang kemudian melenguh.

"Udah enakan?" Millie tak menjawab, Millie justru terdiam sembari menghela napas panjang. Pun tak menatap Juniar.

Melihat Millie yang tampaknya baik-baik saja, laki-laki itu lalu menyodorkan botol air minum pada Millie, "Minum dulu gih."

Millie mengangguk. "Makan roti dulu ya, Mil? Terus minum obat. Abis itu, baru kita lanjut jalannya."

Millie tidak tau kalau dibalik kesan pertama Juniar yang dingin, Juniar adalah orang yang paling hangat di antara yang lain.

Selagi melahap cuilan-cuilan rotinya, Millie pun turut mengagumi tatanan langit.

Indah.

Pendaran cahaya dan tatanan bintang yang biasa disebut manusia sebagai Milky Way itu membuat Millie tersenyum.

"Aku gak tau, kalo langit bakal sebagus ini," tukasnya.

"Makanya sering-sering main sama alam. Banyak keindahan yang gak akan kamu ngerti. Keindahan yang patut kamu kagumi."

"Biasanya kalo dari kota langitnya polos-polos aja."

Juniar mendengus kecil melihat Millie yang tak bisa melepaskan netranya dari bagian paling atas semesta itu.

Lalu, hening.

Dua insan ini sibuk mencari ketenangannya masing-masing. Terhanyut dalam ruang imajinya sendiri-sendiri.

Hingga tanpa sadar, Millie tersenyum. Tanpa sadar, ada bagian dari hatinya yang terasa penuh.

"Kayaknya aneh sih, tapi boleh gak sih aku mendadak justru ngerasa seneng bisa putus sama Johan?"

Juniar hanya menoleh. Sedetik kemudian, Millie pun beralih, membuat tatapannya bersirobok dengan pria jangkung bernama Juniar Dwi Wisesa itu.

Juniar bukannya tidak tau perihal Millie dan Johan. Hanya saja, Juniar memilih untuk pura-pura tidak tau. Lagipula pikirnya, untuk apa dirinya harus ikut campur pada masalah yang bukan bagiannya.

Tapi, tanpa disangka-sangka. Millie membuka pintu.

Seolah membuat undangan untuk Juniar bisa masuk lebih jauh dalam kehidupannya.

Millie lalu mengalihkan netranya kembali pada gantungan bintang yang tersebar di  langit. "Kalo aku gak putus sama Johan mungkin aku gak akan bisa liat langit yang bagus ini."

"Yaudah buruan diabisin rotinya." Juniar masih teguh. Dia tidak ingin ikut campur. Jadi Juniar mengalihkan pembicaraannya.

"Hehehe. Iya." Seperti biasa, Millie menyeringai menggemaskan. Juniar lalu bersandar pada pohon, melipat tangan, dan memejamkan netranya.

Senja Warna Biru [COMPLETE] [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang