PDKT tahap kedua
Gas lah cuy, pulang bareng dong!
-aldralaknuts
_________________________Fara teramat kesal setelah menceritakan keluh kesahnya kepada Kinara, bukan malah meringankan masalah malah menambah kekesalan yang bercokol di hati Fara. Fara sangat membenci kakak kelas semacam Aldra--si tukang suruh, bad boy, trouble maker, kejam, dan rese. Masih banyak lagi kejelekan Aldra yang membuat Fara jengkel.
Dan Kenapa juga ia harus menerima tugas dari pak Toni--guru matematikanya untuk memanggil Aldra. Fara yang mengikuti ulangan susulan dikarenakan dipertemuan kemarin ia izin, hingga pak Toni berinisiatif memanggil Aldra sekalian untuk ulangan susulan.
FARA POV
Cukup sulit menemukan seonggok manusia berwajah rese seperti kak Aldra. Manusia yang satu itu tidak pernah aku temui keberadaannya pada jam pulang seperti ini. Lagian, anak badung seperti dia mana mungkin betah berlama-lama dengan tempat semacam sekolah. Bermodal tanya, aku mendatangi satu per satu kelas 11 untuk mencari tahu keberadaan manusia songong satu itu. Hingga langkahku terhenti di depan kelas 11 IPS 1.
Tok ... tok ... tok ....
Begitu mengetahui pintu tak terkunci aku memberanikan diri membuka pintu itu sendiri.
Kudapati laki-laki tengah menyandarkan tubuhnya di dinding sudut ruangan dengan wajah yang sedikit menunduk. Aku yakin dia sedang tidur. Niat hati ingin membangunkan harus urung karena melihat cara tidurnya yang lelap. Manusia songong kalo tidur bisa kalem juga ternyata.
Aku berbalik dan sudah merancang beralibi apa pada pak Toni mengenai manusia songong satu itu. Namun urung karena mendengar rancauan samar dari pemuda itu.
Membawa langkahku mendekat dengan dihinggapi rasa takut aku mendekat.
"Ma, bukan aku ... bukan ... tidak ...." Tangan pemuda itu bergetar, nampak selali tengah ketakutan atau bermimpi buruk. Ragu-ragu aku menggenggam tangannya seperti Bunda yang menggenggam tanganku ketika aku bermimpi buruk.
"Kak, bangun kak!" Tubuhnya masih bergeming sedangkan tangannya semakin menggenggam tanganku erat. Nampak pelipisnya yang sudah dibanjiri oleh keringat. Lagi-lagi dengan lancang nya aku menyentuh dahi laki-laki itu.
Panas. Demamnya belum sepenuhnya turun.
Lamunanku terhenti ketika kedua kelopak mata itu terbuka. Menyadari hal itu aku melepaskan sentuhan ku pada dahi dan tangannya. Namun, tanpa diprediksi ia justru menahannya dan menggenggam kedua tanganku erat. Mata kami bertatapan. Hatiku mulai menggila.
"Ada apa?" Kembali dengan wajah songong andalannya. Membuat getaran dihati itu sirna.
"Maaf mengganggu waktu Kakak tidur. Aku cuma mau bilang kalau pak Toni mencari Kakak sekarang. T-tapi kalo Kakak keberatan aku bisa bilang sama pak Toni kalau kakak sakit jadi gak bisa ...."
"Di mana beliau sekarang?" potong kak Aldra cepat.
"Ruang guru." Tanpa aba-aba kak Aldra turut membawaku bersamanya.
Jangan ditanya, jantungku tengah lari maraton menyadari genggaman itu tak terlepas selama kami berjalan beriringan. Kenapa dia bisa membolak-balikkan perasaan layaknya membuat martabak spesial?
KAMU SEDANG MEMBACA
Angan Impian [Revisi]
Teen Fiction"𝘒𝘢𝘮𝘶 𝘵𝘢𝘩𝘶 𝘣𝘢𝘨𝘢𝘪𝘮𝘢𝘯𝘢 𝘤𝘢𝘳𝘢 𝘴𝘦𝘮𝘦𝘴𝘵𝘢 𝘮𝘦𝘯𝘺𝘢𝘮𝘣𝘶𝘵 𝘬𝘦𝘩𝘪𝘭𝘢𝘯𝘨𝘢𝘯?" "𝘈𝘳𝘢, 𝘩𝘶𝘫𝘢𝘯 𝘥𝘢𝘯 𝘭𝘢𝘯𝘨𝘪𝘵 𝘴𝘦𝘯𝘫𝘢 𝘢𝘥𝘢𝘭𝘢𝘩 𝘬𝘰𝘮𝘣𝘪𝘯𝘢𝘴𝘪 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘵𝘦𝘱𝘢𝘵 𝘥𝘢𝘳𝘪 𝘱𝘦𝘳𝘱𝘪𝘴𝘢𝘩𝘢𝘯. 𝘋𝘪𝘮𝘢𝘯...