Pagi ini rumah megah berisi 7 laki-laki tampan itu terdapat kegaduhan kecil ulah pemuda yang ditemukan hampir sekarat tengah malam, siapa lagi kalau bukan Aldra. Pagi ini anak itu ngotot pergi ke sekolah tak peduli dengan keadaannya. Satu-satunya orang dewasa di sana sudah puyeng sendiri menghadapi tingkahnya.
"Bed rest dulu, Al. Luka mu masih belum sembuh itu. Gak usah ke sekolah dulu. Nurut sama om." Farel berdecak kala anak itu sudah memakai seragam sekolah milik anaknya--David.
"Aldra ada janji sama temen Aldra, Om, please." Aldra sudah memelas sementara David dengan brutalnya memaksa kembali duduk di kasurnya.
Aldra mengeluarkan ringisannya tatkala David tak sengaja menyentuh lukanya. "Kayak gini katanya mau ke sekolah? Bodoh!"
"David, bahasanya," peringat Farel. David berdecak kesal. Sementara Pasha sudah meledeknya dari arah pintu.
"Jangan bandel deh lu! Masih pagi gak usah bikin orang emosi." Di tempatnya Bagas sudah menyumpah serapahi kekeraskepalaan Aldra.
"Nurut sama Om Farel. Istirahat trus ke rumah sakit. Luka ngana perlu di periksain," sahut Arya menjauhkan tas milik Aldra yang digunakan ke sekolah.
"Gausah bandel lu. Mentang-mentang ada janji sama Fara aja lu bikin geger cowok cakep pagi-pagi," omel tambahan Pasha.
"Fara siapa? Pacar kamu, Al?" tanya Farel penuh selidik sementara yang ditanya memalingkan muka salah tingkah.
"Bukan om. Cuma teman." Aldra menggaruk tekuknya yang tak gatal.
"Ceilahh ... friendzone. Ngenes beut temen gue satu ini." Pasha dan Bagas melakukan high five kemenangan merayakan kekesalan Aldra. Seandainya Farel tidak ada di sini mungkin Aldra sudah mematahkan hidung keduanya.
"Gak usah maksain diri gitu, nurut sama Om Farel. Lo setelah ini juga harus check up." Laki-laki berkacamata modis itu yang gantian memberinya wejangan.
"Gue pengen sekolah, Vin. Gue janji gak akan macam-macam, deh. Bantuin gue!" Aldra memasang muka teraniaya andalannya. Vino mendengkus selalu saja seperti ini.
"Saya yang jamin kalau Aldra bakal baik-baik saja, Om." Aldra tersenyum menyadari Vino dipihaknya.
"Gak bisa gitu, Vin. Om mau seret dia ke RS buat check up kalau sama kamu nanti dia bisa kabur lagi."
"Gak akan, Om. Aldra janji gak neko-neko, gak akan bandel, gak capek-capek, minum obat yang Om kasih, dan pulang sekolah ikut Om ke RS."
"Ampun dah ... ini manusia batu banget, Ya Allah!" Arya gemas. Ia menyentil dahi Aldra ganas.
"Kalem, bro."
"Terserah, Aldra kabur aja kalo gitu."
"Gak boleh!" cegah keenam laki-laki itu bersamaan.
Aldra terkikik sendiri melihat kekompakan teman dan om nya itu. "Makanya bolehin sekolah."
Anak dari sahabat karibnya itu membuat Farel tak berkutik. Dengan terpaksa ia iyakan dengan syarat-syarat yang ia berikan. "Oke. Dengan syarat sebelum bel pulang sekolah kamu om bawa ke RS, berangkat sekolah naik mobil bareng David, pulang kamu bareng Om. Sebelum sekolah sarapan sama minum obat dulu."
Aldra melongo dibuatnya. Persyaratan sebanyak itu membuatnya mengelus dadanya pelan.
"Iya in enggak, Al?"
Dengan sangat terpaksa ia mengangguk. "Iya," jawabnya lesu.
"Eh ... katanya mau apel doi masa lesu gitu jawabnya." Farel benar-benar membuat Aldra jengkel pagi ini. Rupanya ayah dari sahabatnya itu bersekongkol dengan teman-temannya untuk mengerjainya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Angan Impian [Revisi]
Teen Fiction"𝘒𝘢𝘮𝘶 𝘵𝘢𝘩𝘶 𝘣𝘢𝘨𝘢𝘪𝘮𝘢𝘯𝘢 𝘤𝘢𝘳𝘢 𝘴𝘦𝘮𝘦𝘴𝘵𝘢 𝘮𝘦𝘯𝘺𝘢𝘮𝘣𝘶𝘵 𝘬𝘦𝘩𝘪𝘭𝘢𝘯𝘨𝘢𝘯?" "𝘈𝘳𝘢, 𝘩𝘶𝘫𝘢𝘯 𝘥𝘢𝘯 𝘭𝘢𝘯𝘨𝘪𝘵 𝘴𝘦𝘯𝘫𝘢 𝘢𝘥𝘢𝘭𝘢𝘩 𝘬𝘰𝘮𝘣𝘪𝘯𝘢𝘴𝘪 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘵𝘦𝘱𝘢𝘵 𝘥𝘢𝘳𝘪 𝘱𝘦𝘳𝘱𝘪𝘴𝘢𝘩𝘢𝘯. 𝘋𝘪𝘮𝘢𝘯...