"Masa lalu itu tempatnya di belakang, Sar. Sejauh apapun kamu mencoba kembali dan memperbaiki semua itu akan sia-sia dan kamu hanya akan berhenti di tempat yang sama."-Tyo Bramanto
_____________________
Galang mengecek kembali notifikasi ponselnya, rupanya ia tengah menunggu balasan pesan dari temen-temen adiknya. Galang memang sempat meminta nomor beberapa teman dari Aldra ketika ia dirawat gara-gara insiden kejatuhan pot hanya untuk berjaga-jaga dan ternyata betulan berguna. Galang menghubungi nomor David, Pasha, dan Arya namun yang aktif hanya Pasha jadilah ia mengirimi pesan kepada Pasha menanyai tentang keberadaan adiknya. Galang terjaga menunggu balasan dari Pasha namun karena kantuk yang tak tertahankan diakibatkan oleh jadwal bimbingan belajar, Galang ketiduran sampai esok pagi.
Alisnya menyatu samar tatkala membaca balasan dari teman adiknya.
Pasha'67
Ada sama gue, dia baik-baik aja kok gak usah khawatir.
Galang semakin khawatir membaca balasan Pasha yang nampak mencurigakan seperti ada yang ditutup tutupi dari sahabat adiknya itu. Jujur, Galang sempat uring-uringan kemarin saat dikabari tumbangnya sangat adik di sekolah. Galang juga sempat mencari tahu keberadaan teman-teman Aldra yang membawa Aldra bersama mereka namun tak ada satupun yang tahu kemana mereka membawa Aldra. Namun setibanya ia memberitahukan masalah ini di rumah Dimas langsung memasang wajah penuh amarah dan mengumpati Aldra dengan kata-kata menyakitkannya.
Galang sempat mencoba menjelaskan bahwa adiknya sedang sakit dan tengah menginap di rumah temannya namun Dimas tak percaya dan tetap menuduh Aldra dengan pikiran negatif. Galang bahkan sampai tak tahan dengan umpatan-umpatan yang Dimas berikan untuk Aldra dan memilih berdiam di kamarnya sembari menunggu balasan pesan dari sahabat adiknya itu.
Tok ... Tok ... Tok ...
"Bang, Mama masuk ya?" Mama masuk kekamar Galang setelah mengetuknya terlebih dulu.
"Abang tahu dimana Aldra sekarang?" Galang terkejut mendapati mamanya yang tengah bertanya demikian. Jarang dan hampir tak pernah Sarah membawa nama Aldra di setiap pembicaraan.
"Mama gak benci lagi sama ad-Aldra?" tanya Galang yang masih tidak menyangka. Terlalu tiba-tiba menurutnya. Tak tahu saja diam-diam Sarah mulai membaik jiwanya karena rutin berkonsultasi dua tahun belakangan ini.
Sarah memilih tak menjawabnya. "Nanti kalau Abang pulang cari dan bawa pulang dia. Pastikan juga keadaannya!"
Galang mengangguk kaku. Sarah terkekeh sebentar seraya mengelus surai hitam putra sulungnya. "Dia adik kamu juga kan, Bang? Jaga dia seperti kamu menjaga Sabrina buat Mama."
"Mandi dulu, gih habis itu sekolah. Abang ada les tambahan kan dari sekolah?" Sarah bangkit dari duduknya setelahnya menutup pintu kamar. "Mama tunggu di meja makan ya, sayang."
Galang tersenyum memandangi pintu yang ditutup oleh Sarah tadi. Akhirnya dinding menjulang diantara mereka perlahan runtuh dengan pasti. Jarak yang semula membentang itu perlahan mengikis. Ikatan yang sebelumnya pudar kembali rekat seiring berjalannya waktu. Hanya kesabaran yang mereka punya dan dengan kesabaran pula mereka bisa melalui semua ini.
Meja makan
"Jangan lupa yang tadi ya, Bang!" Galang mengangguk semangat di kursinya sementara Dimas menatap kearah mereka keheranan.
"Lupa apa, bang?"
"Nanti pulang sekolah Galang mau cari Aldra di rumah temennya." Sabrina yang semula makan tanpa nafsu itu perlahan mendongakkan kepalanya antusias ketika nama Abangnya yang lain disebut.

KAMU SEDANG MEMBACA
Angan Impian [Revisi]
Teen Fiction"𝘒𝘢𝘮𝘶 𝘵𝘢𝘩𝘶 𝘣𝘢𝘨𝘢𝘪𝘮𝘢𝘯𝘢 𝘤𝘢𝘳𝘢 𝘴𝘦𝘮𝘦𝘴𝘵𝘢 𝘮𝘦𝘯𝘺𝘢𝘮𝘣𝘶𝘵 𝘬𝘦𝘩𝘪𝘭𝘢𝘯𝘨𝘢𝘯?" "𝘈𝘳𝘢, 𝘩𝘶𝘫𝘢𝘯 𝘥𝘢𝘯 𝘭𝘢𝘯𝘨𝘪𝘵 𝘴𝘦𝘯𝘫𝘢 𝘢𝘥𝘢𝘭𝘢𝘩 𝘬𝘰𝘮𝘣𝘪𝘯𝘢𝘴𝘪 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘵𝘦𝘱𝘢𝘵 𝘥𝘢𝘳𝘪 𝘱𝘦𝘳𝘱𝘪𝘴𝘢𝘩𝘢𝘯. 𝘋𝘪𝘮𝘢𝘯...