37

1.6K 110 13
                                    

Merelakan mimpi yang sudah ditekuni sejak lama itu tidak mudah.

______________

"Mau keluar kemana kamu?" Tanya Sarah saat melihat putranya sudah berdandan rapi.

"Mau bawa Ara kemari, Ma."

"Katanya tadi badan kamu masih lemes."

"Iya tadi. Sekarang udah lumayan enakan kok."

"Jangan dulu lah, bang! Ditunda dulu aja." Aldra melirik Dimas. Dimas yang paham dengan maksud Aldra mengangguk kecil.

"Udahlah, ma, turutin aja kemauan anak lanangmu itu. Toh anaknya udah enakan gitu."

"Tapi kan, mas...." Dimas mengulas senyum meyakinkan Sarah bahwa tidak apa-apa.

"Huft... terserah abang."

"Aldra pamit dulu ya, ma, yah?"

"Iya. Hati-hati di jalan ya, Bang. Jangan sampai kenapa-napa," Pesan Sarah.

Aldra mengacungkan kedua jempolnya sebagai respon.

***

Fara sudah menahan gugup sedari mereka menginjakkan kaki di rumah Aldra. Rencana Aldra untuk membawa dirinya tentu sudah direncanakan dari jauh hari namun ketika Fara dihadapkan pada situasi saat ini Fara ingin membatalkannya saja.

Lain lagi dengan Aldra yang sedari tadi mencuri pandang kearah Fara. Aldra terpesona oleh kecantikan Fara. Hari ini Fara terlihat begitu cantik dengan dress panjang nya. Rupanya Fara menyadari sedari tadi Aldra menatapnya. Fara memergoki Aldra menatapnya.

"Make up aku menor banget, ya? Aishh

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Make up aku menor banget, ya? Aishh... Kinara sih pake ngide dandan segala." Di luar dugaan Aldra yang mengira Fara akan meledeknya tetapi Fara justru mencemaskan penampilannya.

Aldra terkekeh gemas kemudian membawa bahu Fara menghadapnya. "Kamu tuh udah cantik, Ara."

"Bohong!"

"Aku serius."

"Lebih cantik lagi kalau gak pake ini."

Mata Fara berkedip polos seraya menyentuh ikatan rambutnya yang ditunjuk Aldra. "Ikat rambut aku kenapa?"

Aldra semakin mendekatkan tubuhnya. Fara membeku ditempat dengan detak jantung menggila. Aldra semakin mengikis jarak diantara mereka hingga Fara dapat merasakan deru nafas hangat milik Aldra pada wajahnya. Reflek Fara memundurkan tubuhnya membentengi diri dari fantasinya, namun Aldra menarik pinggangnya hingga tubuh Fara membentur dada bidang milik Aldra. Tubuhnya terkunci sekarang.

"Boleh?" Izin Aldra dengan suara berat. Wajah Fara sudah semakin memerah. Fara sudah tenggelam pada sepasang mata elang yang tatapnya sayu. Rahang tegas, bibir tebal, alis tebal milik Aldra. Sial. Mengapa paras kekasihnya terlalu sempurna.

Angan Impian [Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang