Galang sudah pagi-pagi sekali meninggalkan rumah tanpa memberi tahu ia akan pergi kemana. Bahkan saat berpamitan dengan Sarah ia juga tak memberi tahu kemana ia akan pergi. Dan saat ini Galang tengah berada di sebuah panti asuhan bersama teman-teman se-organisasinya. Kebetulan hari ini mereka menyelenggarakan acara sosial dengan mengunjungi panti asuhan yang letaknya tak jauh dari sekolah mereka. Di antara mereka Galang yang paling akrab dengan mereka bahkan terlihat seperti sudah mengenal satu sama lain.
Sebelumnya memang Galang sempat beberapa kali kemari seorang diri atau bersama Dimas jika ada waktu senggang. Sekedar membagikan beberapa mainan, baju, dan makanan untuk dibagikan ke anak-anak panti. Oleh karenanya ia nampak begitu akrab saat mengobrol dengan beberapa anak yang ada di sana.
"Akak Alang!" seru bocah berumur 4 tahun yang berlarian kearah Galang. "Akak Alang kesini lagi, yeAy!"
"Jessie nya Akak?" Galang berhasil menangkap anak itu ketika tubuh mereka bertubrukan. Galang dengan cepat menggendong anak perempuan yang dipanggil Jessie.
"Akak sendilian? Papa baik mana?" tanya anak itu ketika menyadari ketidak hadiran Dimas di sekitarnya.
"Papa baik lagi kerja, dek. Hari ini main sama temen-temen Akak dulu, ya?" Nara mengangguk gemas hingga Galang tak tahan menggacak pelan surai gadis kecil itu.
Seseorang wanita paruh baya mendatangi Galang tergesa. "Aduh, Jessi sayang. Kebiasaan kalau Kakaknya datang langsung nempel-nempel."
Galang terkekeh menurunkan Nara yang nampak tidak rela di turunkan oleh Galang. "Tidak apa, bu Dewi. Saya suka kalau Jessie nempel-nempel gini."
"Jangan di terusin, mas, bisa keterusan dia nanti." Wanita yang dipanggil bu Dewi ini tertawa pelan mengambil alih Nara.
"Acara sudah mau dimulai loh, mas. Mari masuk!"
"Iya, bu."
Setibanya Galang di sana acara benar-benar sudah berlangsung. Ditempatnya Mila sudah memberikan sambutan dan masing-masing dari teman-temannya sudah duduk di tempatnya. Galang hanya terdiam sendiri di sana, sebagian dari dirinya masih ada di tempat lain. Dalam diamnya Galang terus memikirkan cara mempertahankan hubungan yang mulai merenggang. Sampai-sampai bahunya ditepuk pelan oleh teman yang berada di sampingnya.
"Gal, giliran lo!" Galang yang tak mengikuti dari awal acara hanya terbengong.
"Ck, ni anak. Ngelamun mulu lo dari tadi."
"Kasih hukuman aja, Kak!" seru salah seorang anak yang berasa di sana. Lalu disambung anak-anak lainnya yang turut menyorakinya membuat Galang semakin kikuk di tempatnya.
Sedari tadi mereka tengah memainkan sambung kata dan Galang malah terlarut dalam lamunannya sendiri. Maka teman-temannya yang lain mulai mengusilinya dengan memberikan hukuman berjoget. Kapan lagi melihat seorang Ketos sekaku Galang berjoget?
"Gak ada yang lain nih hukumannya?" Galang mendekat ke arah Mila seraya berbisik mencoba bernego.
"Nggak ada udah cepetan lo joget."
"Nyanyi ajalah. Gue bisa itu."
"Protes mulu pak Ketua! Salah sendiri siapa yang suruh ngelamun tadi."
"Ya gue mau joget apa, Woi?" Galang sudah frustasi, bernego dengan Mila merupakan kebodohan yang paling ia sesali pagi ini. Selain tak membuahkan apa-apa itu juga membuang waktunya dengan sia-sia.
"Apa aja. Lo kluget-kluget kayak ulet juga boleh. Bebas."
"Sialan."
Maka, dengan muka tertekuk karena malu Galang menurut dengan maju di depan anak-anak panti yang sibuk tertawa menertawakan nasib sial Galang. Mila menertawakan ekspresi Galang yang sudah tertekuk antara kesal dan malu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Angan Impian [Revisi]
Teen Fiction"𝘒𝘢𝘮𝘶 𝘵𝘢𝘩𝘶 𝘣𝘢𝘨𝘢𝘪𝘮𝘢𝘯𝘢 𝘤𝘢𝘳𝘢 𝘴𝘦𝘮𝘦𝘴𝘵𝘢 𝘮𝘦𝘯𝘺𝘢𝘮𝘣𝘶𝘵 𝘬𝘦𝘩𝘪𝘭𝘢𝘯𝘨𝘢𝘯?" "𝘈𝘳𝘢, 𝘩𝘶𝘫𝘢𝘯 𝘥𝘢𝘯 𝘭𝘢𝘯𝘨𝘪𝘵 𝘴𝘦𝘯𝘫𝘢 𝘢𝘥𝘢𝘭𝘢𝘩 𝘬𝘰𝘮𝘣𝘪𝘯𝘢𝘴𝘪 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘵𝘦𝘱𝘢𝘵 𝘥𝘢𝘳𝘪 𝘱𝘦𝘳𝘱𝘪𝘴𝘢𝘩𝘢𝘯. 𝘋𝘪𝘮𝘢𝘯...