07

2.9K 154 1
                                    

"Ingin meruntukki senyumannya yang semanis madu."
__________

FARA POV

Aku masih tak menyangka saat ini bisa berada satu motor dengan Aldraniaz--Boyfriend materialnya anak SMA Bhakti Mulya. Oh oke, ini terlalu lebay. Sepanjang perjalanan tak hentinya Aldra tersenyum dibalik helm yang sengaja dibuka full face-nya. Anak ini benar-benar ingin pamer kegantengan ternyata.

Dan yang lebih memalukan lagi ia menggenggam kedua pergelangan tanganku untuk dilingkarkan di pinggangnya. Rasanya seperti ... anda menjadi Imron man.

"Maaf ya, Far. Biar gak jatuh," ucapnya sengaja dikeraskan agar aku dapat mendengarnya.

"I-ya gak papa k-kok. Makasih, Kak." Bodoh Fara. Kenapa sekarang malah aku terlihat bodoh hanya gara-gara modus receh miliknya.

Ia malah tertawa renyah. "Sans aja gak usah gugup gitu. Baru pertama kari dibonceng cogan ya?"

Lupakan ke-baperanku yang tadi. Aku jengkel. Bisa-bisanya ia bersikap  manis dan menjengkelkan dalam waktu yang bersamaan.

"Dih, emang semua teman-teman Kakak tuh narsis semua, ya? Gak ada yang lebih warasan gitu?" tanyaku kesal.

"Enggak sih, gak semua cuma rata-rata gitu. Orang yang paling waras di antara kami berlima itu ya cuma David."

"Emang Kak David itu rada waras tapi ya gitu ...." ucapku menggantung.

Kak Aldra kembali tertawa. "Ya gitu gimana?"

"Tadi aku nanyain kakak ada dimana kok gak jemput aku. Trus ya gitu, perlu sabar banget deh nanyain dia. Orang ngomong panjang lebar kali tinggi kayak cari volume balok dia malah jawabnya cuma tiga kata 'dia gak masuk'. Kesel parah. Udah singkat, gak jelas lagi."

"Kok ada sih manusia sejenis Kak David di muka bumi ini," celetukku lancar. Sedetik kemudian aku meruntuki perkataan ku barusan.

"Eh, enggak gitu maksud aku--duh gimana sih. Maaf ya kak ucapanku tadi ngawur kok. Kak David mah baik orangnya." Lagi-lagi Kak Aldra malah tertawa. Aku menggigit bibir bawah sangking salting-nya melihat dia tertawa.

"Kul--David emang gitu. Orangnya irit bicara kalo gak penting. Tapi dia baik, kok." Ia sempat menoleh sebentar padaku. Aku mendadak kikuk.

"I-ya kak."

"Loh, Kak Aldra. Ini bukan jalan ke rumah aku, Kak!" Saking asiknya berceloteh aku kurang memperhatikan jalanan yang nampak asing kulewati.

"Lupa mau ngomong sama elo kalo gue njemput adek gue bentaran gak papa 'kan? Atau mau putar balik aja? Gue kelupaan juga soalnya."

"Adik Kakak yang waktu itu Kakak ceritain?" ingatku Kak Aldra pernah menceritakan seputar adik perempuannya.

"Iya yang itu. Namanya Sabrina baru kelas satu sekolah dasar."

Kita terdiam cukup lama membiarkan deruan angin mengambil alih suasana. Sebelum suara Kak Aldra memecah hening yang tercipta.

"Sampai! Lo gak mau turun?" Aku mengedarkan pandangan.

Bangunan sekolah dasar dengan segerombolan anak-anak kecil di dalamnya. Aku sangat menyukai anak-anak, bagiku mereka itu polos dan menggemaskan.

Angan Impian [Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang