10

2.7K 162 5
                                    

"Jangan ngaku sohib kalau belum ngrasain gila bareng-bareng."
___________________________________

Warning ☡: mengandung kata-kata kasar. Pembaca harap bijak

Setelah acara kumpul keluarga, Fara sudah direcoki oleh Azka yang heboh mengajaknya nonton film horor keluaran terbaru. Azka yang notabene-nya penakut segala dedemit dan anteknya malah antusias mengajaknya nobar. Fara menuruti saja selagi cemilan senantiasa Azka suguhkan. Keseluruhan film Azka yang ketakutan sendiri sedang Fara tetap adem ayem seraya mengabadikan ketakutan Azka lewat ponselnya. Sesekali Fara tertawa oleh tingkah absurd Azka ketika menjumpai bagian horor pada filmnya.

"Bang muke lu lucu banget sumpah! Ngakak guling-guling!" Fara puas menertawai Azka yang terkenal kalem di sekolah itu.

"Gue tuh memaksakan diri buat calon doi gue nanti. Bisa ancur harga diri gue kalo diajak nonton beginian di bioskop." Pengakuan Azka sontak membuat Fara mencibir.

"Jomblo gak usah mikir nonton bareng doi dulu, Bang. Cari doinya dulu sono! Gedek gue liat lo kemana-mana sendiri. Menghayati banget keknya jadi sadboi."

Pletak ...

"Kalo ngomong suka ngak kira-kira ya, ente!"

"Tuhkan kasar begini sama adek sendiri, begitu modelannya masih mau dapet doi sekalem maudy ayunda. NGACA SONOH!"

"BERISIK! GUE LAGI KERJA WOI!" teriak Clara di kamarnya. Memang kamar mereka bertiga bersebelahan jadi tak ayal kegaduhan tadi bisa terdengar jelas oleh Clara.

"Itu lagi satu, dah kek nenek lampir penggila berondong."

"GUE DENGER YA, FAR!" Sementara itu Azka dan Fara sudah ketawa ngakak dengan tingkah absurd mereka.

"Far!" Azka membuka pembicaraan setelah tawa mereka mereda.

"Hm?"

"Lo beneran suka sama Aldra atau sama Niaz, sih?" Fara yang sibuk memilih film horor yang ada di laptop Azka menghentikan aktifitasnya.

"Engh ... gatau, Bang." Mendadak ia gagu.

"Elo gak bisa jawab?" Sementara yang ditanya hanya memainkan jarinya gugup, "Gue kasih saran yang bagus buat elo."

"Apa'an?"

"Jangan mengejar sesuatu yang masih semu, perjuangkan apa yang nyata ada dihadapan lo, toh menurut Abang Aldra itu baik, kok. Kalo enggak, ngapain dia rela babak belur mukulin preman yang jambret tas milik Bunda." Azka kelepasan. Ia menutup kembali mulut yang sembrono membeberkan rahasia yang sudah diwanti-wanti Aldra untuk tidak dibeberkan.

"Hah? Jadi yang di ceritain Bunda tentang 'pahlawan tampan' itu Kak Aldra?" Azka mengkode Fara lewat jari telunjuk yang diletakkan di mulutnya. Pertanda bahwa Fara harus menutup mulutnya. Fara mengangguk mahfum sebelum Azka melanjutkan kembali ucapannya.

"Yup! Dia juga yang nglawan temen-temen Aris pas antek-anteknya Aris mau gebukin Abang gara-gara Abang geser kedudukan dia di basket."

Fara sekarang yakin kalau Aldra tak seburuk yang ia bayangkan. Setiap manusia memiliki dua sisi, sisi baik dan buruk dan tak terkecuali Aldra. Fara meralat ucapannya tempo hari tentang Aldra setelah ini.

"Aku gak maksa kamu untuk memilih Aldra atau Niaz, karena apapun keputusan kamu mereka itu baik kalo menurut Kakak." Fara tersenyum senang. Entah karena pertanda Azka memberi lampu hijau kepada Aldra atau dengan stigma nya yang berhasil terpatahkan oleh fakta barusan.

"Kalo dipikir-pikir lucu juga, ya. ALDRANIAZ, dua nama satu orang."

***

Reygha menantangnya beradu balap di jalanan malam ini. Aldra ingin menundanya dikarenakan keadaaannya yang tak memungkinkan namun ancaman Reygha kali ini membuatnya tak memiliki pilihan lain selain menerima ajakan itu. Reygha tak segan-segan menyakiti salah satu sahabatnya jika Aldra menolak tawarannya. Aldra sendiri sudah kesal dengan tingkah Reygha yang kembali menguji kesabarannya, bukan hanya sekali Reygha melakukannya dan itu membuat Aldra risih.

Angan Impian [Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang