"Bang, sebagai anak tertua nanti Papa pesan. Bahunya di kuatkan lagi, ya, bang?"
-mas Tyo
__________________________
Selepas Aldra meminta izin pergi keluar bersama pacarnya, Sarah masih termenung di teras rumah dengan posisi yang masih sama seusai Aldra berpamitan tadi. Sampai akhirnya Galang menyusul dengan segelas teh hangat buatannya. Bahkan setelah Galang meletakkan teh di meja kecil Sarah masih tak memberikan respon sampai Galang harus memegang bahunya dulu untuk menarik atensinya.
"Eh ada abang. Udah lama?"
"Nggak lama kok. Baru aja."
"Mama kenapa?" tanya si sulung keluarga Bramanto. "Ada masalah apa? Mau cerita sama Abang?"
Sarah memberi senyum sekilas. Ia sendiri kadang melupakan fakta bahwa kini Galang sudah beranjak dewasa. Ia cukup mampu untuk diajak bertukar pikiran. "Mama kepikiran adek bontot mu."
"Sabrina?" Mama mengangguk. "Sabrina kenapa?"
"Adek kamu lebih pendiam sekarang. Gak biasanya loh bang dia anteng gak rewel gitu. Biasanya dia paling suka recokin mama waktu masak atau nge-recokin Aldra seharian."
"Terus?"
"Kayaknya adek kamu itu ada sesuatu yang dipendam sendiri deh. Kamu pernah lihat dia nglamun sendirian gitu nggak, bang?"
"Pernah sih sekali waktu abang turun kebawah buat ambil air malam-malam adek malah ngelamun di meja makan sendirian."
'Tuhkan dugaan Mama benar." Sarah menyeruput teh itu pelan. "Mama sedih lihat adik kamu harus melihat kekerasan dari rumah ini, Bang. Gak seharusnya diusianya yang masih belia dia disuguhkan masalah orang dewasa."
Tentang pertikaian kemarin lusa Galang sudah tahu itu dari Aldra yang ia paksa bercerita karena membutuhkan waktu yang lama jika ingin Sarah sendiri yang bercerita kepada Galang. Galang terdiam mendengarkan Sarah melepaskan gundahnya. "Adik dituntut sama keadaan, Mama khawatir adikmu itu gak kuat. Mama takut adikmu itu berakhir sama seperti mama."
"Mama takut kalian akan terluka lebih dalam lagi kalau terus menerus dihadapkan dengan kondisi rumah yang seperti ini."
"Ma, Bang yakin kita akan sembuh seiring berjalannya waktu. Abang yakin adik dan kita semua kuat. Mama gak perlu khawatir lagi, ya. Ayo kita bangkit sama-sama." Sarah memberi senyum tipis. Di tengah kekalutannya akan hari esok tutur lembut Galang seolah menjadi jalan tengah yang ia cari.
Galang dan pikiran positif nya seolah menularkan hal baik untuk orang di sekelilingnya. Sarah akan merasa tenang hanya dengan mendengar tutur lembut memenangkan dari putranya.
"Coba kamu deketin anaknya. Tanyain kenapa. Soalnya anaknya mau ngaku kalau lagi sama kamu, bang."
"Ya udah nanti abang coba."
Galang beranjak dari duduknya menyusul Sabrina ke belakang rumah. Sabrina kini tengah menyiram tanaman hias Mama dengan melamun hingga air yang terdapat pada tumbuhan nampak penuh alias kebanyakan air. Galang di belakang Sabrina heran dengan tingkah adik bungsunya yang satu itu.
"Tumbuhan bisa mati kalau airnya kebanyakan gitu." Sabrina terkejut mendapati kedatangan Galang secara tiba-tiba dibelakang nya. Tungkai Galang dibawa melangkah menuju gazebo kecil yang berada di sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Angan Impian [Revisi]
Teen Fiction"𝘒𝘢𝘮𝘶 𝘵𝘢𝘩𝘶 𝘣𝘢𝘨𝘢𝘪𝘮𝘢𝘯𝘢 𝘤𝘢𝘳𝘢 𝘴𝘦𝘮𝘦𝘴𝘵𝘢 𝘮𝘦𝘯𝘺𝘢𝘮𝘣𝘶𝘵 𝘬𝘦𝘩𝘪𝘭𝘢𝘯𝘨𝘢𝘯?" "𝘈𝘳𝘢, 𝘩𝘶𝘫𝘢𝘯 𝘥𝘢𝘯 𝘭𝘢𝘯𝘨𝘪𝘵 𝘴𝘦𝘯𝘫𝘢 𝘢𝘥𝘢𝘭𝘢𝘩 𝘬𝘰𝘮𝘣𝘪𝘯𝘢𝘴𝘪 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘵𝘦𝘱𝘢𝘵 𝘥𝘢𝘳𝘪 𝘱𝘦𝘳𝘱𝘪𝘴𝘢𝘩𝘢𝘯. 𝘋𝘪𝘮𝘢𝘯...