Kali ini kutanya pada malam yang membuatnya kelam lalu akan kutanyakan pula pada bintang yang membuatnya temaram, merekapun menjawab, "Aku telah karam."
__________________________
Galang menatap layar ponselnya yang menampilkan foto Aldra, David, dan Fara tadi pagi yang ia ambil secara diam-diam. Ibu jarinya mengusap satu wajah di foto itu kemudian ia tersenyum pahit.
"Kemarin malam ngilang kemana aja? Lo bikin gue khawatir. Sekarang lo bikin gempar satu sekolahan." Galang menjada sebentar sebelum melanjutkan. "Lo udah besar sekarang, bukan lagi nunjukkin gambaran wajah gue yang lo lukis sendiri sekarang malah nunjukkin doi." Ingatan Galang membawanya pada saat mereka masih menduduki bangku sekolah dasar.
"Abang!" panggil bocah laki-laki berumur 7 tahun. Niaz tadi di sekolah di suruh menggambar sama bu guru.
"Oh ya?" sahut anak laki-laki yang lebih tua setahun dengannya. "Boleh Abang lihat gambaran Adek?"
Anak yang memanggil dirinya sendiri dengan nama Niaz itu mengangguk seraya mengeluarkan gulungan kertas HVS dari dalam tas bergambar ninja turtle.
"Ini gambar wajahnya Bang Galang?" tanyanya ragu begitu menyadari namanya ada di sana.
Niaz mengangguk senang. "Tadi adik gambar wajahnya Abang trus adik dapet nilai 80 di kelas. Gambarannya bagus gak, Bang?"
Galang memandang takjub gambaran yang Niaz buat. Iapun berlari kecil kearah orang tua mereka yang sedang bercengkrama tak jauh dari tempatnya.
"Mama, Papa, lihat deh gambaran Adek bagus banget 'kan?" Niaz membuntuti Galang di belakangnya. Tersenyum senang tatkala mendapati wajah kedua orang tuanya yang tersenyum melihat gambar yang ia buat.
Kedua orang dewasa beda gender itu kompak memuji gambaran putra bungsunya dan membelai kepalanya. "Bagus, dek, gambarannya."
"Papa mau juga dong digambar sama Adek." Sang anak tersipu malu tampak menggemaskan.
"Gambarannya adek nanti biar abang simpen terus Abang pamerin deh ke teman-teman Abang biar mereka iri." Sarah dan Tyo tersenyum menatap kedua putra mereka yang saling menyayangi satu sama lain.
Galang melanjutkan lamunan sampai tungkai kaki membawanya ke ruang OSIS. Bahu Galang tidak sengaja menubruk tubuh perempuan yang baru saja melangkah keluar.
"Sori gue gak fokus jalan tadi. Lo gak papa?" Manik mata Galang bertubrukan dengan manik mata indah milik Fara--selaku perempuan yang tertabrak bahu Galang tadi.
"Gak papa kok, Kak." Fara tersenyum sebentar sebelum merapikan penampilannya. "Kak Galang mau masuk?"
Tersadar dari terkejutannya Galang mengangguk dan menyelusup kedalam ruang OSIS. Galang menghela nafas lega begitu ia sudah berada di dalam dan Fara yang menghilang dari pandangannya.
"Segitunya banget, Lang," celetuk sekertaris osis--Rea.
"Eh, kemaren bukannya lo ya yang kirim Fara buat jaga UKS? Kok timing-nya pas banget waktu adek lo tumbang." Galang melirik sekitar memastikan bahwa tidak ada orang lain selain mereka berdua.
"Jangan pernah lo kasih tahu siapa-siapa kalo gue rubah jadwal piket jaga UKS cukup kita berdua yang tahu." Rea mengangguk dengan mata memicing mengintimidasi Galang.
"Lo sebenernya care 'kan sama Aldra? Ngaku lo!" pancing Rea agar Galang menurunkan gensinya. Namun Galang tetaplah Galang yang lebih mementingkan gensi, iapun berlalu mengabaikan Rea yang masih terkikik menertawainya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Angan Impian [Revisi]
Teen Fiction"𝘒𝘢𝘮𝘶 𝘵𝘢𝘩𝘶 𝘣𝘢𝘨𝘢𝘪𝘮𝘢𝘯𝘢 𝘤𝘢𝘳𝘢 𝘴𝘦𝘮𝘦𝘴𝘵𝘢 𝘮𝘦𝘯𝘺𝘢𝘮𝘣𝘶𝘵 𝘬𝘦𝘩𝘪𝘭𝘢𝘯𝘨𝘢𝘯?" "𝘈𝘳𝘢, 𝘩𝘶𝘫𝘢𝘯 𝘥𝘢𝘯 𝘭𝘢𝘯𝘨𝘪𝘵 𝘴𝘦𝘯𝘫𝘢 𝘢𝘥𝘢𝘭𝘢𝘩 𝘬𝘰𝘮𝘣𝘪𝘯𝘢𝘴𝘪 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘵𝘦𝘱𝘢𝘵 𝘥𝘢𝘳𝘪 𝘱𝘦𝘳𝘱𝘪𝘴𝘢𝘩𝘢𝘯. 𝘋𝘪𝘮𝘢𝘯...