24

1.8K 120 17
                                    

Kemarahan Fara pada Aldra masih berlanjut hingga keesokan harinya. Aldra pun sudah membujuk Fara terus menerus namun gadis dengan rambut sebahu itu selalu menghindar. Saat Aldra mengajak bicara Fara akan menjawabnya dengan singkat seperlunya. Benar-benar tidak seperti biasanya.

Sepulang sekolah Aldra tiba-tiba menghadang Fara yang hendak ke depan gerbang menunggu Azka. Fara sudah memalingkan muka, enggan menatap Aldra yang saat ini menatap dirinya dalam. Aldra justru semakin menatap gadis itu hingga empunya risih.

"Minggir." Fara berjalan menggeser tubuh Aldra yang menghalangi langkahnya. Langkah Fara terhenti saat pergelangan tangannya digenggam oleh Aldra.

"Aku minta maaf," ucap Aldra dengan tulus untuk kesekian kalinya di hari ini. "Aku yang salah tapi tolong kita bicarakan ini baik-baik."

"Kamu gak salah ngapain minta maaf?" Fara menjawabnya dengan nada ketus.

"Aku salah karena gak ngabarin kamu dan bikin kamu khawatir. Aku minta maaf, kita bicara sebentar ya?"

Tanpa merespon ucapan Aldra Fara berlalu, dan lagi-lagi ia digagalkan dengan cekalan tangan Aldra. "Lepas!"

"Nggak sebelum kamu maafin aku dengan ikut aku jalan-jalan sore ini."

"Nggak."

"Oke kita kayak gini aja terus."

"Lepas." Aldra menggeleng gemas malah semakin mengeratkan genggaman tangan mereka.

Para siswa yang berpapasan pun sudah menatap mereka seraya berbisik-bisik lain halnya dengan Aldra yang tetap santai tersenyum kearahnya. "Cantik banget pacar aku kalau lagi ngambek."

"Cantiknya siapa sih nih," goda Aldra Terang-terangan tanpa peduli situasi sekitar yang mulai ramai oleh siswa-siswi yang bergegas pulang.

"Kak Aldra, malu ih diliatin."

"Ngapain malu sih? Kamu emang cantik, Ar."

"Kiww ... kiww... Ada yang lagi sayang-sayangan nih," sorak salah satu teman futsal Aldra yang melintasi mereka.

"Iri bilang."

Muka Fara sudah semerah tomat sekarang. Mereka sudah menjadi perhatian publik ditambah dengan sorakan-sorakan teman-teman Aldra yang tidak Fara kenali lainnya. Tiba-tiba saja Aldra berbisik di samping telinganya. "Makanya maafin dulu akunya."

"Iya aku maafin, sekarang lepas ihhh ... aku maluu."

"Jadi mau kan jalan-jalan sore sama aku?"

"Iya udah lepas, kak, gak malu apa di liatin se-sekolahan?"

"Ngapain malu? Biar mereka tahu aku sebucin ini sama kamu," bisik Aldra lirih di telinga Fara kemudian cekalan pada pergelangan tangan Fara melonggar.

Tiinn...

Klakson motor scoopy milik Azka menyadarkan Fara dari keterkejutannya. Segera ia berlalu menaiki motor Azka sebelum debaran jantungnya semakin menggila. Di liriknya Aldra yang melambaikan tangan kearah nya disertai tawanya yang renyah. Sial. Fara tidak bisa berlama-lama kesal kepada Aldra.

Sore harinya sesuai yang dijanjikan Aldra mereka jalan-jalan mengelilingi pusat perbelanjaan. Fara tak lagi bersikap ketus terhadap Aldra itu pertanda bahwa Fara tidak lagi kesal dengannya. Fara bahkan berceloteh riang disepanjang jalan. Setelah puas berbelanja Aldra mengajak Fara keluar untuk membeli makanan. Namun mereka malah berakhir di pantai dengan dua cup mie instan dan dua botol air mineral.

Fara tampak cantik dengan jepit rambut yang Aldra belikan untuknya. Itupun harus dengan paksaan lantaran Fara sama sekali tidak membeli apapun. Aldra juga membelikan boneka pinguin berwarna biru saat mata Fara menatap gemas boneka itu.

Angan Impian [Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang