Sejenak ia kembali menemukan rumahnya namun dalam sekejap semuanya hilang, lenyap, seolah rumah yang ia impian itu tak pernah sungguh.
______________________________
*
) koreksi bila terdapat kesalahan penulisan/typo
Perjalanan pulang Aldra dan Galang dipeluk sunyi tanpa ada yang berniat membuka percakapan. Aldra yang fokus mengendari dan Galang yang tengah menahan kantuknya. Keduanya betah diposisi masing-masing hingga salah satu dari keduanya merasa bosan. Galang yang tak bisa menahan kantuknya dengan tak sengaja mengantukan kepalanya ke punggung Aldra. Aldra yang sedang fokus menyetir tersentak kaget hingga motor yang mereka kendarai sempat oleng.
"Ngajak mati lo?!" sewot Galang kala Aldra menyeimbangkan kembali motor gede milik Galang.
"Siapa suruh nyender gitu bikin orang kaget aja," balas Aldra tak kalah sewot. Bukan Galang saja yang panik.
"Gue ngantuk. Lo gak bisa cepetan lagi, ngendarain motor kek lagi balapan bekicot. Bikin tambah ngantuk."
"Bawel banget sih?! Kepala gue masih dangdutan gara-gara dijatuhin pot sama Reyghanjir."
"Salah sendiri lo suka cari gara-gara mending kalau gabut cari tante-tante." Abang gue otaknya bisa sengklek juga ternyata.
"Bicara lo mulai nglantur." Galang di belakangnya tak menyahuti.
"BANG!" panggil Aldra setengah berteriak agar terdengar Galang.
"APAAAA'AN?! Budeg tau nggak lo teriak-teriak dijalanan sepi." Galang kehilangan mood tidurnya.
"Jangan tidur dulu!"
"Iya berisik." Setelahnya mereka kembali terdiam hingga keduanya tiba di pekarangan rumah milik mereka. Aldra tersenyum hangat di depannya.
Galang turun terlebih dulu seraya menyerahkan helmnya pada Aldra untuk dikembalikan pada tempatnya. Mereka berjalan beriringan menuju pintu utama. Baru kali ini Aldra pulang malam menuju pintu utama biasanya ia akan memanjat balkon kamar atau mengendap-endap melewati pintu belakang. Aldra menghentikan langkah di belakang Galang.
Galang berbalik menghadap Aldra. Galang menarik pergelangan tangan Aldra. "Gak apa. Ada gue." Seolah tahu ketakutan Aldra, Galang menggenggam tangan itu berjalan beriringan.
"Galang pulang," sapa Galang ketika mendapati Sarah dan Dimas menunggu kepulangannya di ruang tamu.
"Tengah malam baru pulang habis ngapain aja kalian?"
"Pasti gara-gara kamu!" tunjuk Sarah kearah Aldra yang sedari tadi menunduk.
"Bukan salah dia. Aldra habis kejatuhan pot, Ma. Galang merasa bertanggung jawab sebagai panitia acara jadi Galang tadi tungguin Aldra dulu di RS," jelas Galang yang entah mengapa membuat sudut hati Aldra terluka.
"Nyusahin aja!"
"Biarin dia istirahat. Galang juga mau istirahat, ngantuk." Sarah menatap khawatir. Tangannya terulur mengecek suhu badan Galang.
"Abang demam? Kok naik motor? Gak pake jaket lagi." Sarah menghawatirkan Galang tanpa menoleh kearah Aldra yang sudah menggigil kedinginan terkena angin malam, terlebih dia yang berada di depan tanpa mengenakan pakaian tebal.
KAMU SEDANG MEMBACA
Angan Impian [Revisi]
Teen Fiction"𝘒𝘢𝘮𝘶 𝘵𝘢𝘩𝘶 𝘣𝘢𝘨𝘢𝘪𝘮𝘢𝘯𝘢 𝘤𝘢𝘳𝘢 𝘴𝘦𝘮𝘦𝘴𝘵𝘢 𝘮𝘦𝘯𝘺𝘢𝘮𝘣𝘶𝘵 𝘬𝘦𝘩𝘪𝘭𝘢𝘯𝘨𝘢𝘯?" "𝘈𝘳𝘢, 𝘩𝘶𝘫𝘢𝘯 𝘥𝘢𝘯 𝘭𝘢𝘯𝘨𝘪𝘵 𝘴𝘦𝘯𝘫𝘢 𝘢𝘥𝘢𝘭𝘢𝘩 𝘬𝘰𝘮𝘣𝘪𝘯𝘢𝘴𝘪 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘵𝘦𝘱𝘢𝘵 𝘥𝘢𝘳𝘪 𝘱𝘦𝘳𝘱𝘪𝘴𝘢𝘩𝘢𝘯. 𝘋𝘪𝘮𝘢𝘯...