14

2.8K 188 13
                                    

Ada yang pernah mengatakan kepadaku untuk berbahagia walau hanya sesingkat mimpi, namun aku tak pernah melakukannya karena tidak ada bedanya dengan memimpikan sesuatu yang semu.

________________________

Hari ini sudah memasuki minggu kedua semenjak pemberitahuan hasil check up Aldra. Tak banyak yang berubah dari kehidupannya kecuali bertambahnya rutinitas hariannya. Mengantar jemput Fara merupakan rutinitas baru selain konsultasi dengan Devan. Berbicara tentang dokter muda itu Aldra jadi teringat kebohongan Devan di hadapan Farel.

"Bagaimana dengan hasilnya, Dev?" tanya Farel membenahi letak kacamatanya.

"Dia punya trauma tempat gelap dan maag akut tapi anda tenang saja, dokter, saya akan membuatkan jadwal konsultasi rutin untuknya."

Devan itu dokter spesialis penyakit dalam jadi ia bisa dengan leluasa memeriksa Aldra dengan alasan itu. Aldra sudah di depan rumah Fara dan melihat Hana kesusahan membuka tutup tempat sampah dengan kedua tangan yang penuh dengan sapu dan pengki.

"Biar saya bantu," ujar Aldra membuka penutup sampah. Sarah senang melihat masih ada pemuda seperti yang mau menolong orang lain tanpa malu.

"Sebentar," celetuk Hana mengamati Aldra, "Sepertinya kita pernah bertemu, tapi tante lupa dimana."

"Kamu yang bantu tante dari jambret di pasar Kamis itu kan?" tebak Hana ketika samar-samar mengingat Aldra.

"Iya, tante." Hana menepuk bahu Aldra bangga bersamaan dengan keluarnya Fara dengan memakai baju kelasnya. Hari ini akan diadakan lomba-lomba antar kelas serta pentas seni perwakilan masing-masing kelas tak cuma itu malamnya mereka akan mengundang beberapa artis tanah air untuk merayakan dies natalis SMA Bhakti Mulya. Aldra sendiri sudah mengenakan baju futsal tim kelasnya.

"Pada seneng gitu ada apa?"

"Gak ada apa-apa udah sana berangkat dari pada telat pacarannya."

"Bunda," rengek Fara yang wajahnya sudah memerah layaknya kepiting rebus.

"Iya iya daripada telat sekolahnya. Titip anak tante ya, ganteng." Hana menggoda keduanya.

"Bundaaa." Muka Fara dan Aldra sudah memerah karena ejekan Hana.

"Hati-hati bawa adek gue, pulang lecet kita by one. Cepet diresmikan, woi, deket doang kagak jadian ntar diembat orang. Kagak cape lo pehape terus ke adik gue? Ntar lo buat nyaman trus lo nge-ghosting, lagi?" Azka terbahak seusai mengatakannya.

"Aman, bang," sahut Aldra melirik Fara yang ada di belakangnya.

"Ciahhh ... adegan romantis apa lagi in Clara juga mau, Bunda tante." Clara muncul di balik punggung Hana dan mengaggetkannya. Clara diam-diam jealous melihat ke-uwuan mereka yang tengah berboncengan.

"Mau aku boncengin juga nggak mbak biar kayak dilan milea versi jakarta?"

"Wegah, naik motor lo kek orang ngajak meninggoy. Lagian modelan kek elu pantesnya jadi kang jual cilok daripada jadi dilan." Clara berujar sewot setelahnya berlalu di hadapan Azka.

Azka mendadak insecure dengan akang penjual cilok.

***

Galang tengah menyiapkan program terahirnya sebagai ketua osis dengan sangat baik. Ia mengupayakan yang terbaik untuk menyukseskan acara yang paling ditunggu-tunggu oleh para siswa-siswi SMA Bhakti Mulya. Ia bahkan merelakan jam istirahatnya untuk menyusun program kerja dan mengatur keperluan-keperluan lain untuk acara dies natalis sekolah tak peduli hingga sampai larut malam. Tak ayal, ia juga kerap melupakan makan dan membuat Sarah harus memarahinya. Kerja keras Galang terbayar dengan antusias warga sekolah yang turut membantu OSIS dalam menyelenggarakan acara ini dengan sangat baik.

Angan Impian [Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang