09

2.5K 141 10
                                    

Aku jengah dengan sikapmu.
Aku lelah dengan semua kepura-puraanmu.
Aku resah dengan kalimat tidak apa-apamu.

__________________________

Fara tersenyum seraya mengenggam erat ponsel ditangannya. Setelah panggilan terputus senyum itu tak dapat ditahan lagi. Buku yang semula terbuka ia tutup kembali. Belajar hanya alibi semata demi menyudahi perbincangan mereka. Bukan apa, tapi efek yang diberikan Aldra tidak main-main dan berdampak buruk untuk kesehatan jantungnya.

Jantungnya berdetak tak lazim saat tawa milik lelaki itu berhasil memporakporandakan benteng pertahan yang Fara miliki. Fara yang mendengarnya saja mampu menjadi gila jika ia tak terburu memutuskannya. Di tengah pemikirannya suara gaduh dari luar sana menarik atensinya untuk melihat keadaan di sana. Ia turun dan menemukan sumber kegaduhan itu.

"Rasanya ah ... mantap!" Clara dan Chiko sedang asik berjoget aplikasi yang saat ini tengah digandrungi kaum muda-mudi. Fara pusing sendiri melihat polah keduanya yang asik berjoget tanpa memperdulikan gerakan mereka yang mirip cacing tanah.

"Udahan woi! Gangguin orang lagi kasmaran aja kalian." Azka datang bersama cemilan ditangannya kemudian diletakkan cemilan itu di meja telat dihadapkannya. Fara mendengus ketika Azka meledeknya.

"Gue suntuk tahu ngurusin bisnis pakdhe Revan, Ka." Clara mendengus menatap sepupunya itu.

"Join, bang? Sini joget bareng, siapa tau dapet doi nak toktik yang cantik." Chiko anak bungsu pasangan Revan & Hana yang tahun ini masih duduk di bangku menengah pertama itu sibuk berjoget.

"Di sekolah tuh buat belajar, ko, jangan buat bolos! Kesambet gini 'kan jadinya." Fara menyahut.

"Yang lagi kasmaran sama babang tamvan diem aja ya. Mentang-mentang di sini kita jomblowan situ seenak jidat main hujat!" Clara mulai mengeluarkan ajian nyinyiran maut berbanding terbalik dengan dua laki-laki yang saat ini nyemil santai seraya menonton perdebatan mereka.

"Udah diprediksi sih kalo setelah ini mereka pasti war," bisik Chiko.

"Kali ini Abang gak mau ikut-ikutan, ko. Bisa-bisa Abang kena cakar duo macan kan berabe." Mereka tertawa tertahan sedangkan yang menjadi objek tertawa mereka tengah menatap sengit satu sama lain sebelum perseteruan dimulai.

"Gak usah nyinyir ya, Ra. Inget sama umur, main terobos aja kalo udah liat yang bening dikit. Itu kan jatah gue." Pedas dan nylekit kali ini Fara unggul satu point diatas Clara.

"Ben koyok padangan viral beda umur iku, Far. Nanti gue 'kan bisa tranding kalo bikin vidio kek gitu juga."

"Gue dukung mbak, ntar gue backsound-in lagunya. Ini gimana le kok kakak tua e ...." Mata Clara melotot tajam kearah Chiko yang tertawa puas.

"Aku rung tuwir, woi! Cuma lulus cepet aja padahal mah masih sepelantaran sama Azka!" Clara ngegas menimpuk tubuh Chiko menggunakan bantal yang ada di sana. Mereka sudah tertawa puas melihat wajah ternistakan milik Chiko.

"Eh, eh, seneng banget rundung sepupunya sendiri. Gak boleh gitu Dek, Kak, Bang." Hana menengahi pertengkaran kecil itu. Ia mengambil tempat duduk di sebelah Fara.

"Tau nih bun gegelutan mulu." Azka menimpali. Setelahnya suasana kembali tentram tanpa ada tanda-tanda perhujatan babak dua.

"Oiya, Kak. Teman Kakak yang biasa antar pulang Kakak siapa namanya?" tanya Hana mulai membuka obrolan.

"Kak Aldra, Bun. Dia kakak kelas Fara di sekolah cuma beda jurusan aja, dia IPS."

"Lain kali kalo ada teman Kakak baik laki-laki atau perempuan kalo mau pergi sama Kakak harus minta ijin dulu sama Bunda atau yang lainnya, jangan main pergi aja. Apalagi kalau baru kenal, jangan mau langsung diantar pulang begitu saja apalagi kalau yang ngajak mampir-mampir. Kamu anak perempuan satu-satunya di keluarga ini, Kak. Jadi Bunda minta Kakak jaga diri baik-baik, jaga kehormatan dan nama baik keluarga, Kak." Fara menunduk tak berani menatap Bunda, kebiasaan Fara ketika ia merasa bersalah.

Angan Impian [Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang