"Datangnya memberi dekap untuk pelik, sandaran untuk penat, dan rumah untuk pulang."
_________________
"DEMI GUE YANG KEPINGIN JADI RESELLER ODADING!"
"Oh ya?" tanya Aldra mendekatkan wajahnya kehadapan Fara. Fara sigap menjauh. Tidak baik untuk jantung, pikirnya.
"Ngagetin tau!" Aldra cengar-cengir tanpa merasa bersalah telah mengejutkan Fara yang sedang asiknya makan siomay dengan kedatangannya yang tiba-tiba di belakang Fara lengkap dengan topi hitam melingkari kepalanya. Fara sontak tersedak siomay dalam ukuran besar.
"Sori," ujar Aldra menaikkan sedikit topi miliknya. "Pacaran yuk, Ar!"
Untuk kedua kalinya Fara tersedak siomay hingga terbatuk-batuk. Kesal. Ia menabok lengan Aldra geram.
"Kalo ngomong disaring dulu. Demen banget liat orang keselek bongkahan siomay."
"Gue serius, Ar! Pacaran yuk! Kita bisa prepare buat kedepannya biar pas menikah nanti biar bisa langsung gas pol."
"Apanya yang gas pol?!" Fara melotot. "Pengen aku jejelin mulutmu pake siomay sepiring-piringnya, huh?!"
"Ampun. Galak banget sih calon bini." Fara benar-benar menjejali mulut Aldra dengan potongan siomay dalam ukuran besar hingga empunya kesulitan menelan.
"Tuh rasain! Rese' banget jadi orang!" Fara berlalu meninggalkan Aldra dengan mulut yang penuh.
Dua minggu berlalu setelah insiden jatuhnya pot. Aris dan kawan-kawannya telah di skors selama itu juga. Balas dendam yang David utarakan kala itu terlaksana tanpa menimbulkan percekcokan. Di ketuai oleh Pasha mereka bersama- sama mengerjai Aris dan komplotannya yang penakut dengan cosplay jadi hantu dan sekawannya.
Bakat terpendam yang dimilikki Pasha akhirnya berguna juga. Dandanannya yang mirip zombie itu sukses membuat komplotan Aris lari tunggang langgang setelah mereka dikerjai habis-habisan. Tiba-tiba esok paginya mereka menyerahkan diri. Mereka merasa berhasil membuat Aris and the genk kapok.
Hubungan Fara dan Aldrapun membaik. Fara berhasil mengembalikan Aldraniaz nya yang dulu. Aldra yang menghangat setiap kali bersama dengan Fara cukup membuat keduanya merasa nyaman. Di samping itu Fara juga dibuat pening dengan tingkah ajaib Aldra yang tak berubah meski sudah bertahun-tahun.
"Yang beb!" panggil Aldra berlari menyusul Fara, "Jangan ditinggal akunya! Entar kalau aku dikerubuti ciwi-ciwi ganas gimana? Emang mau pacarnya udah gak perjaka?!"
Fara berbalik hendak memberi pelajaran kepada Aldra dengan lontaran kalimat pedas dari mulutnya sebelum itu terjadi Aldra melarikan diri. Terjadilah kejar-kejaran ala drama india di kantin sekolah yang ramai itu. Sebagian dari kaum hawa memekik iri, ada juga yang kesal setengah mati, ada juga yang nampak tidak peduli. Fara menghela nafas kesal saat Aldra menjulurkan lidahnya mengejek.
"PUNYA PACAR KENAPA GAK PUNYA AKHLAK GINI SIH?!" Satu kantin heboh ketika Fara dengan terang-terangan menyebut Aldra sebagai 'Pacar'. Sontak sorakan 'Cie... cie' memenuhi seisi kantin.
"Eh, bentar." Aldra menghentikan aksinya. Beralih menatap Fara terheran-heran. "Jadi beneran mau, nih?"
Fara nyolot. "Mau apa?! Gak usah macam-macam kamu!"
Aldra memutar bola mata malas menatap Fara dengan tatapan datar. "Mau jadi pacar aku, Ar. Mikirmu udah sampai skidipapap asolole cihuy aja, pengen banget ya ayok!"
Plakk
"Mulut kamu lancar bener ya heran. Kenapa emang? Gak mau pacaran sama kaleng rombeng kayak aku?" Fara menjawabnya dengan ngegas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Angan Impian [Revisi]
Teen Fiction"𝘒𝘢𝘮𝘶 𝘵𝘢𝘩𝘶 𝘣𝘢𝘨𝘢𝘪𝘮𝘢𝘯𝘢 𝘤𝘢𝘳𝘢 𝘴𝘦𝘮𝘦𝘴𝘵𝘢 𝘮𝘦𝘯𝘺𝘢𝘮𝘣𝘶𝘵 𝘬𝘦𝘩𝘪𝘭𝘢𝘯𝘨𝘢𝘯?" "𝘈𝘳𝘢, 𝘩𝘶𝘫𝘢𝘯 𝘥𝘢𝘯 𝘭𝘢𝘯𝘨𝘪𝘵 𝘴𝘦𝘯𝘫𝘢 𝘢𝘥𝘢𝘭𝘢𝘩 𝘬𝘰𝘮𝘣𝘪𝘯𝘢𝘴𝘪 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘵𝘦𝘱𝘢𝘵 𝘥𝘢𝘳𝘪 𝘱𝘦𝘳𝘱𝘪𝘴𝘢𝘩𝘢𝘯. 𝘋𝘪𝘮𝘢𝘯...