Dia yang terlihat sempurna tanpa cela namun dibalik itu ternyata menyimpan banyak luka
___________________________
Malam yang mencengangkan bagi Galang sejak beberapa jam lalu tubuh Aldra tergeletak tak sadar diri, Galang tak dapat memejamkan kedua mata itu lagi. Pikirannya sedang dipenuhi tentang keadaan Aldra pasca kejadian itu. Semenjak tubuh itu limbung begitu saja seusai mendapat pukulan. Ia masih ingat dengan jelas kejadian itu, pekik panik Bik Larsih, pekik bik Larsih pada mang Jajang dan keributan yang dihasilkan oleh mereka. Galang bisa mendengar teriakan dan makian yang Dimas lontarkan. Gara-gara hal itu baik Dimas maupun Sarah bertengkar kembali.
Di temani secangkir kopi panas yang baru dibuat, Galang duduk di balkon kamarnya yang bersebelahan langsung dengan balkon milik Aldra. Kecemasan menyeruak di hati Galang saat mengingat sosok itu. Sosok yang sedari malam hingga menjelang pagi selalu terjaga di kamarnya walaupun Galang tak dapat melihat aktivitas apa saja yang Aldra lakukan saat itu, namun Galang kerap mendengar suara isakan tertahan yang disusul suara pukulan pada tembok. Galang mengetahuinya karena kamar mereka bersebelahan. Tanpa sadar ia juga mengetahui keadaan Aldra yang sebenarnya. Meski adiknya itu telah membohongi orang lain dengan kepura-puraan nya.
Ia tak pernah bisa membantah bahwa ia sangat khawatir dengan adik pertamanya itu. Dapat Galang ingat dengan jelas bekas-bekas guratan merah memanjang yang belum sepenuhnya sembuh itu bersentuhan langsung dengan ikat pinggang milik Dimas. Hatinya bagai diremat kuat hingga Galang merasa sesak. Ia ingin menghentikan semua itu namun langkahnya berat, seolah terhalang gengsi yang amat besar. Sepucuk memori tiba-tiba menghinggapi lamunannya.
FLASHBACK ON
Seorang anak kecil tengah berlatih beladiri dengan bersemangat. Serangan dan tangkisan ia lakukan agar tak dapat dikalahkan oleh lawan. Ia tengah menyiapkan diri untuk mengikuti turnament minggu depan, oleh karena itu hari ini ia akan latihan hingga larut demi mempersiapkan hari esok.
"Dek!" seru seorang anak laki-laki lainnya yang lebih tua setahun dari anak kecil itu. Yang dipanggil menoleh hingga tak sengaja tertonjok oleh lawan main nya.
Bugh!
"Aww ...." aduh anak yang mengenakan seragam salah satu beladiri itu dengan memegangi pipinya yang terkena tonjokan lawannya.
"Abang gak asik, Niaz jadi ketonjok!" keluhnya pada abangnya.
"Maap Abang sengaja banget," jawab si abang dengan cengirannya.
"Niaz tendang nih! Jangan diganggu!" Aldra segera menyingkir dari matras yang di gunakan untuk bertanding tadi. Konsentrasinya pecah karena kedatangan Galang yang tiba-tiba.
"Saya boleh izin istirahat 5 menit, Saboemnim?" pamitnya pada pelatih yang mengajarinya tadi. Setelah pelatih itu mengangguk mengizinkan Aldra bergegas menemui Galang.
"Besok minggu dateng ya, Bang!" pinta anak itu memelas.
Bukannya menjawab pertanyaan adiknya tadi ia malah mengusap ngusap bekas tonjokan yang ada di pipi bagian kanannya itu. "Jangan bonyok lagi, Dek. 'Kan malu sama predikat murid terbandelmu," ujarnya pada sang adik.
"Ini gak seberapa sakitnya nanti mama obatin pasti sembuh sendiri." Aldra menghindari tatapan kakaknya yang mengintimidasi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Angan Impian [Revisi]
Teen Fiction"𝘒𝘢𝘮𝘶 𝘵𝘢𝘩𝘶 𝘣𝘢𝘨𝘢𝘪𝘮𝘢𝘯𝘢 𝘤𝘢𝘳𝘢 𝘴𝘦𝘮𝘦𝘴𝘵𝘢 𝘮𝘦𝘯𝘺𝘢𝘮𝘣𝘶𝘵 𝘬𝘦𝘩𝘪𝘭𝘢𝘯𝘨𝘢𝘯?" "𝘈𝘳𝘢, 𝘩𝘶𝘫𝘢𝘯 𝘥𝘢𝘯 𝘭𝘢𝘯𝘨𝘪𝘵 𝘴𝘦𝘯𝘫𝘢 𝘢𝘥𝘢𝘭𝘢𝘩 𝘬𝘰𝘮𝘣𝘪𝘯𝘢𝘴𝘪 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘵𝘦𝘱𝘢𝘵 𝘥𝘢𝘳𝘪 𝘱𝘦𝘳𝘱𝘪𝘴𝘢𝘩𝘢𝘯. 𝘋𝘪𝘮𝘢𝘯...