02

5.7K 245 4
                                    

Tahap kardus PDKT, pertama.
"Pasang sikap se-ngeselin kalian pada doi."

○●○●○●○●


Tak seperti biasanya ketika Aldra memutuskan membolos ia tidak akan pernah kembali lagi ke sekolah, namun lain halnya hari ini. Aldra nampak kesusahan memanjat pohon beringin belakang sekolah dengan David yang bertugas memanggul nya.

"Woi anying jangan gerak-gerak dong!" David yang memanggul nya itu menggeliat gatal karena serangan semut rang-rang secara tiba-tiba.

"Banyak semutnya, bacot lu cepetan naik!" Tak segan David mengumpat jika bersama Aldra. Menurutnya Aldra itu terlalu buruk untuk diajak berbicara baik-baik.

"Dasar kulkas dua lawang!" umpat Aldra begitu bisa menggapai ranting dan bersiap menduduki dahan besar itu.

"Buru!" Aldra memberikan lengannya, membantu David memanjat.

David baru saja selesai menaiki dahan dan bersiap melompati pagar sebelum suara Bu Siti menginterupsi.

"Hei kalian mencoba bolos ya?!"teriak Bu Siti di bawah sana. Keduanya kompak menepuk jidat dan mengeluh samar.

Mampos ketauan! Batin mereka menjerit.

"Turun kalian cepet!" Keduanya masih bergeming menimang hukuman apa yang akan diberikan guru BK tersebut. Posisi mereka sudah bisa dikatakan 'maju kena mundur kena'.

"TURUNNNN!!" teriak garang Bu siti yang membuat keduanya kaget sontak melompat gerbang dengan tergesa-gesa hingga Aldra kurang memperhatikan medan landasan dan mengakibatkan tubuhnya jatuh menimpa tubuh David.

Brukk ....

Keduanya jatuh bertindihan dan mengundang tawa sosok yang sedari tadi geram. Bu Siti tertawa terbahak-bahak melihat wajah kesakitan kedua murid langganannya.

"Aduuhh!!" pekik keduanya saat pantat mereka mendarat bebas ke tanah.

"Sakit, nyet!" pekik Aldra tertahan agar tak ketahuan.

"Dih, siapa suruh lo jatuh nimpa gue?" ujar David sewot masih tidak terima dengan tubuh Aldra yang menubruk tubuhnya saat keduanya lompat.

Keduanya memegangi punggung mereka yang kebas.

"Sewot banget lu. Gak ikhlas bantuin temen sendiri?!" Aldra menatap David sinis dan dibalas tatapan menerkam milik David.

"Hayuk!" ujar David mengambil ancang-ancang melinting lengan seragamnya.

Lama menjadi penonton keduanya bersitegang Bu Siti semakin geram.
"DIEMMM KALIAN!!!"

"Aldra ini sudah ke tujuh belas kali dalam satu bulan kamu ketahuan membolos dan memanjat gerbang belakang. Ibu sudah capai menasehati kalian." Aldra hanya menundukkan kepala begitu pula David. Senakal-nakal nya mereka mereka tidak pernah menjawab ketika guru sedang marah.

"Dan kamu David ...." David meneguk saliva nya kasar.

"Kenapa kamu juga mengikuti jejak Aldra?!" Bu Siti memijit pangkal hidungnya. "Kalian akan Ibu buatkan surat panggilan orang tua. Ibu harap kali ini orang tua kamu juga hadir, Aldra."

Deg

Orang tua Aldra mana mungkin sudi menghadiri surat panggilan itu. Melihat Aldra saja seperti suatu kesialan bagi mereka.

Aldra ingat ketika ia sengaja menonjok kakak kelasnya karena telah merebut uang saku milik temannya paksa. Waktu itu Aldra masih sekolah dasar. Teringat wajah geram papanya ketika menghadiri surat panggilan orang tua itu. Tak banyak cakap Dimas langsung mengajaknya pulang dan memukulinya sesampainya di rumah. Sejak itulah Dimas selalu menolak menerima surat panggilan dari pihak sekolah atas perlakuannya.

Angan Impian [Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang