Tak cukup kemarin saja laki-laki bernama Aldra itu membuat mereka cemas hari ini pun mereka dicemaskan dengan keberadaannya hingga jam pertama berbunyi. Perihal kaburnya Aldra dari RS sudah dikonfirmasi Galang sore kemarin bahwa anak itu sudah pulang ke rumah dengan keadaan baik-baik saja dan akan berangkat sekolah bersama esoknya. Namun, sampai detik ini baik Aldra maupun Galang belum juga terlihat di kawasan sekolah. Ponsel keduanya tidak bisa dihubungi semakin membuat mereka cemas.
"Punya laki kenapa hobinya ngilang gak kabar-kabar, sih, heran! Hobi banget bikin pacarnya khawatir. Pengen gue flash sale aja di shopi." Fara terdiam sembari memikirkan kembali apa yang ia katakan barusan. "Eh, jangan ... Jangan susah itu gue carinya."
"Ahhh ... bodo lah gue stress!"
Kinara menatap prihatin Fara yang memarahi HP-nya sendiri sedari jam pertama berbunyi. Belum genap sehari sahabatnya itu menjabat sebagai kekasih Aldra tapi sudah kehilangan separuh kewarasannya. Fara masih meneruskan dumelan nya tanpa menghiraukan tatapan aneh teman sekelasnya. Ia masih uring-uringan dengan Aldra yang belum juga nampak batang hidungnya di sekolah.
"Kak ... Setidaknya lo bisa kabarin gue kan lo lagi dimana udah sampe sekolah belum atau lo mau bolos. Jangan buat gue uring-uringan, bisa?" Fara menjatuhkan kepalanya kasar ke meja. Kinara di sebelah nya menepuk punggung sahabatnya itu berniat memberikan sedikit dukungan.
"Lo udah hubungin teman-temannya? Atau mau gue tanyain ke Pasha?"
Masih dengan kepala yang terlungkup ke meja Fara menjawab lemas, "Udah gue tanyain tapi jawaban nya mereka juga gak tahu."
"Coba tanya ke Abang nya, gih," saran Kinara.
"Lo kan juga tahu kalo anak-anak OSIS juga cariin Bang Galang buat revisi tapi dianya gak masuk." Berhubung Kinara juga ikut OSIS meskipun tidak menjadi anggota inti Kinara juga turut berpartisipasi dalam perevisian Proker. Teman-teman organisasinya sudah mencari keberadaan Galang di setiap sudut sekolah namun hingga lonceng jam pertama berbunyi Galang juga belum nampak batang hidungnya.
"Iya juga ya," lesu Kinara, "Lo yang sabar ya, Far. Pasti bentar lagi Aldra kabarin elo." Kinara terkejut setelah menyelesaikan ucapannya Fara mendongak tiba-tiba dan langsung menguncikan pandangan matanya.
"Gue takut kalo dia kenapa-kenapa lagi, Ra. Lo ingat kejadian kemarin pas kak Aldra tiba-tiba pingsan sampai di bawa ke rumah sakit sama teman-temannya? Atau waktu kak Aldra yang tiba-tiba batalin janji jemput gara-gara dia sakit? Awalnya juga gini, Ra, gak ada kabar." Mata Fara sudah nampak berkaca-kaca. Tak butuh waktu lama Kinara membawa tubuh Fara kedalam pelukkannya.
"Makin kesini gue makin takut sama kak Aldra, Ra." Kinara membiarkan Fara berbicara tanpa menyanggahnya. "Gue makin takut dia pergi. Gue makin takut kehilangan dia. Seolah ada jarak tipis diantara kita yang bikin dia bisa menjauh kapan aja."
"Lo tahu apa yang dia ucapin kemarin malam sama gue?" Fara terkekeh sendu. "Dia bilang kalau dia bahagia banget salah satu harapan dia selama ini terwujud. Dia bersyukur banget buat itu."
"Gue turut bahagia tapi entah kenapa ...."
"Hati gue...." Fara mengambil nafas sebentar guna menghalau sesak yang semakin bertumpuk didadanya. "Sakit banget, Ra."
Air mata Fara turun perlahan-lahan membasahi bahu milik sahabat karibnya dari SMP itu. "Gue paham kalau lo takut kehilangan dia. Boleh nangis tapi janji gak akan lama ya, Far, jujur gue gak tega lihat lo nangis gini."
***
Aldra membuka ponsel nya yang sudah penuh dengan bunyi notifikasi pesan. Kontak Fara muncul pertama kali dengan panggilan dan jumlah pesan terbanyak dari pesan-pesan lainnya. Aldra melirik jam berapa saat ini dan beruntungnya ia ketika jam menunjukkan pukul 9.45 itu berarti sudah memasuki jam istirahat sekolah. Tanpa membuang waktu lebih banyak lagi Aldra menekan ikon panggil pada room chat Fara. Aldra menunggu beberapa saat sampai panggilan itu terhubung.
KAMU SEDANG MEMBACA
Angan Impian [Revisi]
Teen Fiction"𝘒𝘢𝘮𝘶 𝘵𝘢𝘩𝘶 𝘣𝘢𝘨𝘢𝘪𝘮𝘢𝘯𝘢 𝘤𝘢𝘳𝘢 𝘴𝘦𝘮𝘦𝘴𝘵𝘢 𝘮𝘦𝘯𝘺𝘢𝘮𝘣𝘶𝘵 𝘬𝘦𝘩𝘪𝘭𝘢𝘯𝘨𝘢𝘯?" "𝘈𝘳𝘢, 𝘩𝘶𝘫𝘢𝘯 𝘥𝘢𝘯 𝘭𝘢𝘯𝘨𝘪𝘵 𝘴𝘦𝘯𝘫𝘢 𝘢𝘥𝘢𝘭𝘢𝘩 𝘬𝘰𝘮𝘣𝘪𝘯𝘢𝘴𝘪 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘵𝘦𝘱𝘢𝘵 𝘥𝘢𝘳𝘪 𝘱𝘦𝘳𝘱𝘪𝘴𝘢𝘩𝘢𝘯. 𝘋𝘪𝘮𝘢𝘯...