45. Orang Baru?

1K 60 18
                                    

ELENA dan teman barunya sedang asik berbincang. Kemampuan Bahasa Inggris Elena, jangan ditanyakan lagi. Sejak kecil, Bahasa Inggrisnya menjadi nilai tertinggi kedua setelah matematika. Cantik, pintar, populer, kaya? Siapa yang tak mau dengannya? Hanya orang bodoh yang tega meninggalkan Elena. Ya, sebut saja Elang bodoh karena meninggalkan Elena. Tapi, Elang juga punya alasan pergi bukan?

"Where is Alan?" tanya Nichollas.

Elang? Oh tidak tidak. Telinga Elena pasti ada gangguan.

"Alan, Elena. From Indonesia."

"Ohya?" Elena meninggikan suaranya. Dentum musik semakin terdengar kencang. Elena harus berbicara agak keras agar terdengar.

"Beib, aku ke sana dulu, ya." pamit Farrel dan Elena menyetujuinya.

"Oh itu, Alan. Alan come here." ucap Keyraa memanggil Alan.

Pandangan Elena gelap, tapi postur tubuh lelaki itu sangat mirip dengan orang yang ia cari selama ini. Oh astaga, jangan bilang itu Elang. Ini bukan seperti novel yang sering ia baca, dimana seseorang yang ia cinta pergi, lalu bertemu tak sengaja di sebuah tempat dan tidak mengenalnya.

Lelaki itu berjalan mendekati Elena dan teman-temannya.

"Alan. Ini kenalin sepupu ku. Elena," Elena menatap lelaki itu tidak percaya. Lelaki itu mengulurkan tangannya. Mata Elena memanas, air matanya memaksa untuk keluar. Dadanya nyesak, seperti kehilangan oksigen saat ini. Dunia seakan berputar pada kedua orang ini.

Alan terlihat seperti Elang. Sangat mirip. Matanya, hidungnya, bibirnya. Hampir mirip. Presentasenya kira-kira 89%. Hampir bukan?

"Alan. Alan Jonathan Saputra," lelaki itu tersenyum manis. Suara lelaki itu membuyarkan lamunannya. Alan? Lelucon macam apa ini? Mengapa Elang mengganti namanya? Apa Elang lupa ingatan? Atau Elang mempunyai kembaran? Oh ayolah, lelaki itu Alan, bukan Elang. Lagi pula, Elang tak menyukai rambut botum alias botak tumbuh seperti itu. Ia sangat sayang pada rambutnya, sehingga tidak rela memotongnya. Itu pasti bukan Elang.

Elang. Ah. Elang pergi meninggalkan luka. Ketika luka itu sembuh dengan sendirinya, ia datang dan membuka luka yang telah tertutup. Ya, walaupun lelaki di hadapannya ini bukan Elang, melainkan hanya mirip Elang, tetap saja, itu membuat Elena kembali mengingat Elang.

Elena membalas uluran tangan Alan, "Elena. Elena Anantasya," Elena tersenyum.

"Saya sudah mendengar semua kisahmu dari Dad-mu." Alan membuka pembicaraan.

"Hm El, aku mau ke temen-temen dulu, ya. Kamu ngobrol sebentar di sini sama Alan." pamit Keyraa. "Guys, come on." Keyraa mengajak teman-temannya untuk meninggalkan Elena.

"But, Key." Elena memegang tangan Keyraa.

"Is Okay, asal tahan sama sikap dinginnya," bisik Keyraa.

Elena mengangguk pasrah. Berduaan dengan Elang? Ah, rasanya seperti mimpi.

"Kamu manggil Papah dengan sebutan Dad?" tanya Elena.

"Iya, Dad-mu sudah seperti ayah bagi saya. Dia baik sekali. Dan marah ketika saya memanggilnya dengan sebutan Sir atau Tuan." Alan tertawa, dan diikuti Elena.

"Saya ikut sedih atas cobaan Nona. Tapi percayalah, Tuhan ingin mengangkat derajatmu, itu sebabnya Tuhan memberikan cobaan untukmu," ucap Alan sangat dewasa.

"Iya, terima kasih pesannya," Elena tersenyum. Alan tidaklah dingin seperti yang dibilang Keyraa. Mungkin Keyraa hanya menilainya dari luar. Itu sebabnya kita tidak boleh menilai dari apa yang kita lihat.

Snow White [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang