26. Tragedi Drama

1.2K 82 4
                                    

Satu senyuman yang tulus lebih bermakna, daripada seribu kata yang diucapkan setengah hati.

-

"EHH," Elena terpeleset, gua hampir terjatuh. Namun, ada tangan yang menahannya. Elena menatap mata itu. Mata yang selalu berbinar. Mata yang selalu dia tatap waktu dulu. Mata yang dia rindukan saat ini.

"El," panggil Elang.

Elena menengok ke sumber suara.

Bruk.

Elvin melepaskan tangannya yang menahan Elena. Elena terjatuh, namun sakit di badannya tidak sesakit hatinya.

"Aww," ringis Elena.

"Maaf," Elvin membantu Elena berdiri, lalu pergi meninggalkan Elena.

'Apa lelaki selalu begitu? Membuat rindu yang tiada habisnya, datang untuk membuat terbang seketika, lalu menjatuhkannya. Setelah itu membantu berdiri kembali, dan meninggalkan lagi,' batin Elena. Elena menatap eskrim yang berjatuhan.

"El," suara Elang membuyarkan lamunannya. Segera Elena berjongkok dan mengambil eskrim yang jatuh. Lalu, membuangnya ke tempat sampah.

"Elena," panggil Elang sekali lagi dan menghampiri Elena.

Elena mengabaikan panggilan Elang. Dia membelakangi Elang, dan membuka pintu kulkas.

"Elena," Elang terus memanggil Elena. Elena tidak menjawab. Bahunya bergetar, Elena menangis. Ia memegang dadanya yang terasa sakit.

Elang membalikkan badan Elena. Menariknya ke dalam pelukannya.

"Sakit, Lang." Elena masih memegang dadanya. "Kenapa takdir begitu kejam, Lang." Elena menangis di pelukan Elang. "Kenapa takdir tega misahin kita?" Elena terus menangis. "Kenapa takdir tega misahin gue sama Elvin?"

"Elena, lo gak boleh terlihat lemah. Lo punya gua. Lo cuma butuh waktu buat nyadarin kalo dia emang bukan yang terbaik buat lo, El. Masih banyak diluar sana yang sayang sama lo," Elang mengusap rambut Elena, "Termasuk gue,"

Elena melepaskan pelukannya. Dia mengusap air matanya, "Jangan tinggalin gua, Lang."

"Iyah," suara Elang sangat menyakinkan Elena. "Cuci muka, gih. Jangan sampe ada yang tau lo abis nangis," pesan Elang.

"Iya," Elena pergi ke kamar mandi.

"Maafin gue, El. Gue bohong, gue nggak bisa janji sama lo," ucap Elang seraya mengambil beberapa eskrim.

-

"Thanks, ya, El. Kita balik dulu," pamit Aliza pada Elena.

"Eh gua numpang, ya, Van." ujar Elang secara tiba-tiba seraya menyengir.

"Ah dasar lo, Lang. Nggak bisa liat gue bahagia apa lo?" cibir Aliza kesal karena hari ini dia tidak bisa berduaan dengan kekasihnya, Revan.

"Babe, kamu nggak boleh gitu. Lagian aku 'kan bawa mobil, sayang." Revan mengingatkan Aliza.

"Tuh, Po. Dengerin," ujar Elang seraya tertawa.

"Ya udah, kita balik. Makasih," tambah Zela.

"Hati-hati." balas Elena.

Zela dan Budi sudah menaiki motor ninjanya, sedangkan Revan dan Aliza masuk ke dalam mobil Revan.

"Makasih," Elang menghembuskan nafasnya sebelum melanjutkan kata-katanya, "Sayang." tambahnya yang membuat pipi Elena mengalami blushing.

"Sama-sama." balasnya seraya tersenyum malu.

"Lo lucu kalo lagi blush.." ucap Elang terpotong.

"Curut jadi numpang gak sih?" potong Aliza cepat.

Snow White [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang