57. Gelisah

1K 62 29
                                    

Mungkin cobaan untuk persahabatan
Atau mungkin sebuah takdir Tuhan

---

ELENA terus berganti posisi duduknya. Setelah melepaskan earphone Elang, ia merasa tidak tenang. Elena membuka layar ponselnya, namun tak menunjukkan reaksi apapun selain hitam. Mati. Ia beberapa kali meremas sealtbelt.

Ada apa ini?

"Kamu kenapa?" tanya Farrel.

"Nggak papa,"

"Happy birthday, ya." Farrel mengeluarkan bucket bunga mawar.

"Makasih," Elena tersenyum.

Setelah sampai di depan gerbang, Elena keluar dari mobil Farrel.

"Langsung tidur, ya. Inget besok pagi kita ngurus undangan. Jangan main-main handphone lagi." pesan Farrel.

"Iya," Elena tersenyum.

"Good Night,"

"Good Night too, Makasih ya udah jemput,"

Farrel tersenyum dan menutup kaca mobilnya. Elena melihat mobil Farrel yang menjauh darinya. Ia masuk ke rumah dan segera tidur karena kelelahan. Hari ini, Elang mengukir cerita lagi dengannya. Elena tersenyum kembali mengingat semua kejadian hari ini. Bertemu kembali dengan Alin, melihat makam Winda, melihat sunset bersama, makan eskrim, dan semua beberapa kegiatan lainnya. Tak lama, Elena tertidur karena besok harus mengurus undangan hari tunangannya bersama Farrel.

Di waktu yang sama, di tempat yang berbeda.

"Gimana?" tanya Revan pada Aliza.

"Nggak diangkat, Van." Aliza mulai menangis.

"Kenapa ini terjadi di ulang tahunnya Elena?" Maura menangis mengingat hari ini adalah ulang tahunnya Elena.

"Kakak," Alin juga menangis melihat Elang yang sedang ditangani oleh dokter.

Dua jam berlalu. Beberapa teman-temannya memilih pulang karena besok ada jadwal kelas. Revan, Aliza, Maura, dan Kevin memilih menetap menunggu kabar dari Elang. Aliza masih terisak di balik punggung Revan. Sedangkan Maura tidur dengan keadaan duduk dan kepala bersandar pada bahu Kevin. Alin masih saja menangis. Tak lama, dokter keluar.

"Keluarga pasien?" tanya dokter itu.

"Saya adiknya, dok." Alin menghapus air matanya.

"Pasien mengalami pendarahan di kepalanya. Kakinya juga patah, ia harus menggunakan kursi roda sementara waktu. Tapi, pasien berhasil melewati masa kritisnya. Sementara waktu, ia akan koma beberapa hari untuk memulihkan tubuhnya." jelas dokter.

Alin kembali menangis. Aliza memeluk Alin, membiarkan adik sahabatnya itu menangis di pelukannya.

"Kita boleh masuk dok?" tanya Kevin.

"Boleh," balas dokter.

Mereka masuk ke dalam ruangan. Melihat keadaan Elang dengan beberapa alat menempel ditubuhnya. Alin duduk di samping Elang, mengusap tangan kakaknya.

"Bangun, Kak." Alin menangis.

Maura dan Kevin memilih pulang karna Maura tak bisa menahan kantuknya. Sedangkan Revan, Aliza dan Alin memilih tidur di rumah sakit. Aliza dan Revan mengabari keluarga mereka untuk menginap di ruang inap Elang.

-

"Sayang bangun, ada teman-teman kamu." Hana mengelus rambut putrinya.

Elena mengerjapkan matanya. Terlihat Maura, Kevin dan beberapa teman-temannya berada di kamarnya.

Snow White [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang