28. Snow White (a)

1.2K 81 3
                                    

Seperti Apel Newton. Aku terus berlari ke arahnya tanpa henti, sampai aku jatuh hati padanya. -Goblin

-

TIRAI kembali terbuka. Terlihat seorang gadis remaja sedang duduk termenung di teras kerajaan.

"Di sebuah kerajaan, terdapat seorang putri yang amat cantik. Namun, putri itu tidak pernah merasakan dunia luar. Hari-harinya hanya duduk termenung didepan kamar atau bermain dengan dayangnya. Suatu hari..." ucap narator memberikan gambaran cerita.

"Penonton," sapa Elena seraya memegang beberapa tangkai bunga mawar.

"Oyy," balas penonton.

"Putri gabut nih," ucapnya yang membuat para penonton tertawa.

Masuklah Rendi dan Revan ke atas panggung.

"Anakku," panggil Revan yang berperan sebagai Raja sekaligus ayahanda dari sang putri.

"Ayahanda," balas Elena terkejut. "Ada apa ayahanda kesini?"

"Ayahanda ingin memberitahukan sesuatu untuk putri," balas Revan.

"Apakah putri sudah boleh ke mall ayahanda?" tanya Elena polos yang membuat para penonton kembali tertawa terbahak-bahak.

"Bahkan di sini sudah ada mall, untuk apa putri pergi ke mall? diluar sana berbahaya sayang." Revan mengelus rambut Elena.

"Huuuhh, Ka Elena milik Kak Elangggg," protes penonton.

"Bercanda! Dinaskahnya begini. Sirik aja lo jomblo," balas Revan ke penonton tersebut. Sontak, mereka tertawa lagi.

"Paduka, sabar. Mereka rakyat paduka," Rendi mengingatkan.

"Lupa," Revan menepuk dahinya dan membuat penonton tertawa lagi.

"Tapi ayahanda, mall di istana ini membosankan. Tidak ada bioskop," lagi-lagi ucapan Elena membuat penonton tertawa terbahak-bahak. "Disini juga, nggak ada pangeran. Putri gabut ayahanda," Elena mengerucutkan bibirnya.

"Ayahanda bisa saja bikin bioskop di sini sayang, tapi kamu belum cukup umur untuk kenal pangeran dari kerajaan lain," ucap Revan.

"Ayahanda, Putri sudah besar," Elena kembali merengut.

"Ada apa ini? Sepertinya kalian sedang membicarakan sesuatu hal yang menyenangkan." Jessy masuk ke atas panggung.

"Putri ngambek sayang, Putri sudah besar dan ingin segera dilamar." Revan terkekeh.

Jessy tertawa, "Benarkah? Kenapa kita tidak segera mencarikan putri seorang pangeran?" tanya Jessy yang berperan sebagai ibu tiri Putri Salju.

"Tuhkan, ibunda saja mengerti, masa ayahanda tidak mengerti." ujar Elena.

"Baiklah, ayahanda akan mencarikan seorang pangeran untuk putri."

"Yes," Kelakuan Elena lagi-lagi membuat penonton tertawa.

Tirai tertutup. Dibalik tirai, mereka sedang mengganti background dan juga menaikkan beberapa aset yang akan digunakan pada scene kedua ini.

Tirai kembali terbuka. Background pun sudah berganti, dan terdapat kursi raja, ratu, putri, juga kursi milik tamu yang akan datang.

Revan duduk dikursi tengah, Jessy disebelah kanan Revan, dan Elena disebelah kiri Revan. Elena masih menggunakan gaun yang tadi. Hanya saja, dia menggunakan kain yang menutup sebagian wajahnya. Hanya mata yang terlihat. Ini sudah tradisi sejak dulu, jika putri ingin dilamar, maka putri harus menutupi sebagian wajahnya. Agar pangeran kelak bisa menerima bagaimana pun keadaan putri.

Snow White [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang