"Omma.... Help me......".
Peluh begitu membasahi kening Lisa saat ia membuka kedua matanya dengan paksa. Detak jantungnya begitu cepat saat ia tersadar dari mimpinya.
"Kau kenapa? Kau baik-baik saja?". Tanya Taeyong dengan dahi yang mengkerut. Melihat tidak ada reaksi dari Lisa, ia segera membawa tubuh istrinya itu ke dalam pelukannya, "itu hanya mimpi, semuanya akan baik-baik saja". Ucapnya untuk menenangkan Lisa.
"Aku mendengar suara anak kecil, suaranya seperti Yerim". Suara Lisa begitu lirih, ia menatap wajah Taeyong begitu lekat, menatap langsung pada bola mata hitam milik Taeyong yang sering kali memberikan ketenangan dalam moment-moment tertentu.
"Kita cek Yerim. Kita pastikan kalau dia baik-baik saja".
Keduanya segera menuruni ranjang, membiarkan kaki telanjang mereka menapaki lantai dingin yang terasa begitu menggelitik.
Tangan Lisa begitu erat meremas jari-jemari Taeyong. Hatinya begitu gelisah saat ini. Sampai pada akhirnya mereka tiba di depan sebuah pintu berwarna merah muda. Di bukanya dengan hati-hati.
Rasa cemas langsung menguar begitu saja saat Lisa mendapati putri kecilnya masih tertidur di ranjang. Dengan perlahan, tangannya segera menaikkan selimut untuk menutupi dada Yerim.
"putri kita aman. Itu hanya mimpi buruk,oke?".
Kepalanya mengangguk pelan. Menyetujui pernyataan Taeyong.
Mereka berdua pun kembali ke kamar. Melanjutkan sisa waktu tidur mereka yang tinggal beberapa jam lagi. Sudah pukul 2 pagi dini hari. Dan jam 5, Lisa sudah harus bangun untuk melakukan rutinitasnya sebagai Ibu dan juga wanita karir secara bersamaan.
~
Sinar matahari mulai masuk dari celah-celah ventilasi kamar tanpa permisi.
Seorang gadis yang baru saja menginjak usia 17 tahun, kembali menaikkan selimutnya. Menutupi seluruh badannya termasuk bagian kepala. ia begitu benci dengan pagi.
"ONNIE, PPALI IREONA". bocah kecil bernama Yerim segera menaiki ranjang besar milik kakaknya dengan sebuah kursi kecil yang berhasil ia tarik. Tangan mungilnya segera menyibakkan selimut tebal milik kakaknya itu dengan susah payah.
"KYAAA!!! LEE YERIM, BISA KAH KAU KELUAR DARI KAMAR KU". suara kakaknya tak kalah keras. Namun, bukan Yerim namanya jika ia akan menyerah begitu saja.
"Onnie, kau sudah berjanji pada ku untuk membeli lemon cake".
Gadis bernama Jennie bangun. Wajah kusutnya justru membuat cengiran khas anak-anak begitu mendominasi wajah Yerim.
"Rambut Onnie seperti singa". Canda Yerim dengan menirukan raungan Singa yang sering ia tonton bersama Jeno.
"Kita bisa pergi nanti sore, sekarang masih jadwal tidur ku, mengerti?".
"bagaimana kalau cake-nya habis nanti sore?".
"Kita beli yang lain saja". Jennie kembali merebahkan tubuhnya. Menutupi kepalanya dengan bantal.
"Onnie....". Rajuk Yerim dengan menarik-narik ujung bantal.
"Kau bisa meminta Jeno untuk mengantar mu".
Merasa usahanya akan berakhir sia-sia saja, Yerim menyerah. Ia segera turun dari ranjang Jennie dan berjalan keluar kamar.
wajah cemberutnya begitu menggemaskan. Mulut yang beberapa senti lebih maju pasti akan membuat setiap orang yang melihatnya justru tertawa.
Termasuk Taeyong, Ayahnya. Tak henti-hentinya ia tertawa kecil saat berpapasan dengan putri bungsunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Just like Now [ BLACKPINK X NCT ]
Fanfiction"mulai detik ini, jangan panggil aku Lalice". tatapannya masih kosong, menatap gundukan tanah yang masih basah. tidak ada setetes air mata yang mengalir membasahi pipinya. "kalau ku memanggil mu dengan Lisa, boleh kan?".