Author POV
Dua minggu berlalu semenjak kejadian penyerangan di rumah sakit.
Minji
Gadis itu bebas dari segala tuntutan yang seharusnya ia dapatkan. Berkat permohonan Jennie pada kedua orangtuanya, Minji terbebas dari jeratan hukum yang seharusnya ia terima.
Bukan hanya kedua orangtuanya saja yang harus dihadapi oleh Jennie, seluruh pamannya pun harus ia hadapi, terutama Johnny dan juga Yuta. Kedua pamannya itu bersikeras untuk menjebloskan Minji pada dinginnya jeruji besi didalam tahanan.
Semua kelakuan Minji pada Jennie sudah diluar batas. Sangat diluar batas karna terdapat pelanggaran hukum yang begitu berat. Bukan hanya teror yang didapatkan Jennie, percobaan pembunuhan pun didapatkannya. Wajar saja jika kedua pamannya itu bersikeras untuk melaporkan Minji pada pihak berwajib.
Jeno yang telah mendengar semua kenyataan itu pun meminta maaf pada Jennie. Jika saja dulu ia membiarkan Jennie meminta uang pada ayahnya, mungkin nasib adiknya Minji akan berbeda.
Penyesalan tetaplah penyesalan. Semuanya tidak akan berubah jika kau menyesalinya. Keadaan itu tidak akan bisa kembali utuh seperti sedia kala.
Semenjak keluar dari rumah sakit dan kembali bersekolah, Jennie sedikit lebih ceria.
Semua fasilitas yang dimilikinya dahulu telah kembali. Semua akal-akalan Lisa yang tak lain adalah ibunya sudah terungkap dengan jelas. Jennie tidak marah,benci ataupun kesal dengan ibu yang sangat ia cintai. Ia justru bersyukur memiliki ibu seperti Lisa. Semua itu pasti memiliki alasan tersendiri dan itu pasti untuk kebaikan dirinya dan juga dua saudaranya.
"Eonnieee, apa kau masih lama?".
Taeyong menggeleng-gelengkan kepalanya mendengar teriakan putri bungsunya. Suasana rumah kembali seperti semula.
"Kau harus memelankan suara mu itu". Sungut Jennie yang baru saja bergabung dengan yang lainnya. Tangan kanannya segera mengambil selembar roti dan juga selai cokelat.
"Tidak mau". Yerim memeletkan lidahnya, meledek Jennie yang tengah menggigit roti.
"Issh".
"Cepat habiskan sarapan kalian, Hari ini appa yang akan mengantar kalian semua ke sekolah". Ujar Lisa.
"Really?". Jennie begitu sumringah, pasalnya sudah lama sekali dirinya tidak diantar oleh ayahnya.
"Ya, cepat habiskan sarapan kalian".
"Ayyy captain". Jawab Yerim sembari memberi hormat pada sang ayah.
Senyum Jeno semakin mengembang. Suasana seperti ini yang ia inginkan. Dirinya begitu rindu dengan suasana hangat saat pagi. Teriakan Yerim, Omelan Jennie, dirinya begitu merindukan suasana seperti ini.
"Mom, bolehkah nanti aku hadir di acara launching tas terbaru?".
"Ditemani sahabat mu itu?".
"Yes".
"Oke, kalau terlalu malam pulangnya, kau wajib hubungi daddy".
"Okayy, thank you mommy".
Setelah menyelesaikan sarapan, mereka segera bersiap-siap untuk pergi ke sekolah. Pagi ini Lisa terpaksa berbeda mobil dengan Taeyong di karenakan adanya rapat mendadak yang di majukan satu jam lebih awal pagi ini.
"Hari ini aku dan Jihoon boleh ke rumah paman Doy kan appa?".
"Kau mau apa? Rencana apalagi yang kau susun itu?". Jennie langsung menatap tajam Yerim. Bukannya takut justru cengiran tak berdosa Yerim yang ia dapatkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Just like Now [ BLACKPINK X NCT ]
Fanfiction"mulai detik ini, jangan panggil aku Lalice". tatapannya masih kosong, menatap gundukan tanah yang masih basah. tidak ada setetes air mata yang mengalir membasahi pipinya. "kalau ku memanggil mu dengan Lisa, boleh kan?".