Kenapa ya idup gua ga pernah keluar dari anak-anak basket. Tapi gua nyaman juga sih hidup berdampingan sama mereka. Tapi kenapa yah bisa bisa gitu, mana mirip banget Arighi lagi sama Julian.
Reina memikirkan hal itu di kamar asrama. Reina baru pindah ke asrama UPH untuk mempermudah pekerjaannya sebagai official manager dan mengurangi beban bahan bakar serta menghemat waktu.
Sementara itu....
Gua bingung deh kenapa gua bisa suka sama model lagi, Vania model, sekarang Reina model, walaupun Reina bukan model kaya Vania, tapi ya tetep aja model.
Itu yang ada di otak Arighi saat ini. Arighi sedang merenung di toilet sambil melakukan panggilan alam.
Mereka bisa memikirkan hal yang sama diwaktu yang bersamaan juga. Kalau kata mama, mereka memang sudah terkoneksi satu sama lain. Bisa memikirkan hal yang sama di satu waktu yang sama. Kadang melakukan hal yang sama di waktu bersamaan tapi di tempat yang berbeda.
ΔΔΔ
"Reinaa" teriak Tasya dan Ivanna mengejutkan Reina yang sedang melamun.
"masih pagi woi udah ngelamun aja, mikirin Arighi yaaa?" Ivanna sudah mengetahui apa yang Reina pikirkan.
"apaan sih, Na, ga mikirin Arighi gua" jawab Reina.
"terus mikirin siapa?" tanya Tasya.
"gua tuh cuma lagi mikir kenapa gua terus terusan deket sama anak basket, dari SMP sampe sekarang, terus aja anak basket"
"berati emang jodoh lu anak basket" celetuk Ivanna sambil membuka bungkus makanan ringan.
"ae lah udah ngomongin jodoh ae, jadian sama Arighi aja belum, ye ga?" Tasya menoyor pelan kepala Ivanna.
"Arighi lagi, jangan bahas Arighi dulu please, gua kepikiran aja gitu kenapa bisa gitu, ga pernah keluar dari dunia basket"
"emang jalan lu udah sama anak basket sayang, Reina sayang" jawab Ivanna dengan mulut yang penuh dengan makanan ringan.
"kunyah dulu sampe abis baru ngomong, cantik, Patrick ilfeel loh ntar" Reina mengingatkan Ivanna. Ivanna menelan makanannya lalu tersenyum lebar.
Mereka melanjutkan perbincangan mereka sampai makanan Ivanna habis. Reina mengajak dua teman dekatnya itu untuk ikut melihat the eagles latihan sore. Ivanna membawakan Patrick minum dan handuk, begitu juga dengan Tasya untuk Winston dan Reina untuk Arighi.
ΔΔΔ
"Ghi, woi, lu boker atau pingsan sih?" teriak Yesaya dari luar kamar mandi.
"iye iye bentar" jawab Arighi dari dalam kamar mandi.
"buruan, bentar lagi latian nih"
"iye iyee"
Arighi keluar kamar mandi dengan kaki yang sedikit tertatih karena kesemutan terlalu lama merenung di kamar mandi.
"gua tau ini apa yang dipikirin sama lu" Yesaya memulai pembicaraan mereka.
"apaan emang?" Arighi penasaran dengan tebakan Yesaya.
"Reina 'kan?"
"sok tau lu, babi" jawab Arighi, lalu mereka bersiap untuk menuju ke lapangan basket.
Di lapangan basket, Yesaya sudah melihat Reina dan teman-temannya yang sedang duduk di tribun. Patrick sudah berjalan menuju Ivanna, begitu juga dengan Winston. Sementara Reina hanya tersenyum melihat kedua temennya berdua dekat dengan laki-laki yang cukup terkenal di UPH. Padahal Ia sendiri dekat dengan orang paling terkenal karena selalu menjadi top scorer di setiap pertandingan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rain and the Basketboy
RomanceSeperti hujan yang jatuh ke bumi tanpa ketentuan, aku jatuh cinta denganmu tanpa syarat. -RHN- -Jangan lupa tekan bintang untuk melanjutkan imajinasi. -Jangan lupa juga, semua nama dan instansi yang ada dicerita ini hanya sebuah kebingungan author...