"mah dede laper, mamah tau kan dede mau apa" Reina tersenyum ke arah ibunya.
"mamah tanya dokter dulu ya kamu boleh makan sembarangan atau ngga" jawab tante Reni.
"iya mah"
Tiga puluh menit waktu berlalu. Tante Reni kembali dengan satu boks makanan yang Reina mau. Kwetiaw siram. Makanan itu selalu dicari Reina saat sakit. Hanya saat sakit, jika tidak jangan harap Reina mau menyentuh makanan itu.
"Arighi yang suapin ya, Tante" Tante Reni hanya tersenyum memperbolehkan Arighi untuk menyuapi Reina.
"mau makan sendiri" ceteluk Reina.
"tangan kanan diinfus, tangan kiri dibungkus perban, mau makan pake kaki? Kaki kamu aja diperban mau makan gimana caranya sayang?" Arighi nyerocos membuat Reina tertawa.
"iya deh iya ngikut ajaa"
Sambil menyuapi Reina, Arighi menceritakan kalau selama Reina koma, dia makan sendirian di rumah sakit, ngobrol dengan Reina yang tidur selama tiga belas hari.
"kamu itu tidur tiga belas hari ga kangen gitu sama aku?" tanya Arighi dengan muka kesal membuat Reina lagi-lagi tertawa.
"kangen ga yaaaa" Reina menggoda Arighi.
"lagi sakit gini masih aja bisa ngegodain orang" timpal Ibunya. Reina hanya tersenyum ke arah ibunya itu.
Dokter dan dua suster masuk ke ruangan kamar Reina dengan beberapa alat untuk membuka perban di tangan dan kaki Reina, dan mengganti perban di kepala Reina dengan perban yang baru dan lebih tebal.
"Ibu, Reina sudah 85% pulih, tapi masih harus di sini selama lima sampai tujuh hari lagi dihitung dari kemarin semenjak Reina sadar. Tapi juga tergantung daya tahan tubuh Reina. Kalau daya tahan tubuh Reina memang kuat Reina bisa kembali ke asrama kurang dari lima hari. Kami pihak rumah sakit diminta oleh pihak kampus untuk memastikan Reina pulih minimal 95% baru Reina bisa kembali ke asrama kampus" Dokter yang waktu itu mengoprasi Reina menjelaskan kondisi Reina sekarang ini. Sementara dua suster yang datang dengan dokter itu membuka perban perban Reina.
Mereka sedikit terkejut karena luka-luka bekas jahit Reina sudah hampir sama seperti warna kulit awal.
"dok, ini luka-luka bekas jahitnya 90% hilang, hanya tinggal sisa sedikit lagi" suster itu menjelaskan.
"ibu inget waktu selesai oprasi, saya bilang Reina kuat?" tanya Dokter itu kepada Tante Reni.
"inget, dok" jawab Tante Reni.
"ini buktinya, biasanya orang yang dijahit butuh beberapa bulan untuk pemulihan luka, tapi Reina hanya tiga belas hari"
"Reina cuma bisa bersyukur sama Tuhan Yesus, Dok. Reina masih dibolehin hidup" timpal Reina yang sedang menikmati proses pembukaan perban.
"saya ditusuk berapa banyak dok?" tanya Reina dengan santai.
"24 yang dalem, kalau yang hanya baret luka kecil itu banyak" Reina lagi-lagi tertawa mendengar kata-kata dokter itu.
24 tusukan dan gua masih hidup, Tuhan Yesus memang baik.
ΔΔΔ
Empat hari berlalu, Reina sudah bisa kembali ke kamar asrama UPH. Orang tua Reina sudah kembali ke Bandung. Perban di tangan, kaki, dan badan Reina semua sudah di lepas, hanya tinggal di kening karena memang luka di bagian kening sedikit parah. Reina sudah tidak menggunakan baju rumah sakit. Reina memilih untuk mengenakan kemeja biru tua dibandingkan mengenakan kaos. Katanya kalau pake kemeja lebih gampang untuk dilepas dan dipakai.
"welcome back Reina Hanami Natawijaya" Ivanna dan Tasya berteriak ketika Reina dan Arighi masuk ke dalam kamar Reina. Kamar mereka sudah disulap oleh Ivanna dan Tasya, beberapa buket bunga sudah ada di kasur Reina, pizza, burger, kentang goreng, dan makanan makanan lainnya di meja kamar mereka.
Ivanna, Tasya, dan Reina berfoto di kasur Reina dengan kening Reina yang masih di perban. Selain dengan telepon genggam, Arighi memotret mereka bertiga dengan kamera polaroid. Begitu juga dengan Arighi. Ivanna dan Tasya memotret hasil foto polaroid dan mengunggahnya ke akun instagram mereka masing-masing.
Finally she is home❤
Arighi meninggalkan mereka bertiga setelah mendapatkan foto bersama Reina. Arighi bilang kalau Reina harus istirahat jadi dia pergi dulu. Arighi keluar asrama putri dan masuk ke kamarnya. Menenggelamkan wajahnya ke bantal tidurnya.
"kenapa lu, Ghi?" tanya Winston
"bingung gua ngeliat Reina sekuat itu" jawab Arighi.
"dia minta maaf ke mamahnya Carlen dia bilang karena dia kaya gini sekarang, Carlen ga bisa kuliah lagi di UPH" lanjut Arighi.
"gua juga salut sama dia, Ghi" Winston menepuk pundak Arighi.
"ayo udah siap siap latihan" Winston berusaha menguatkan Arighi sekarang ini.
ΔΔΔ
"gua mau liat anak-anak latihan boleh kan?" tanya Reina pada dua temannya.
"iya ayo tapi sama kita" Ivanna mengiyakan permintaan Reina.
Mereka langsung menuju ke lapangan basket tempat eagles biasa latihan. Kondisi Reina memang tidak sememprihatikan seperti dulu. Jadi teman-temannya memberikan Reina untuk menemani mereka yang mau latihan basket.
"REINAAAA" teriakan 20 orang laki-laki membuat GOR basket mereka penuh dengan suara sambil berlari ke arah Reina. Arighi menghalangi Reina dari dua puluh orang temannya.
"belum sembuh total woi, itu jidatnya aja masih diperban"
"oiya lupa"
"ga ada lu di sini, berasa ada yang ilang tau ga" Kennard mengajak Reina berbicara.
"alah gacor ah" jawab Reina.
"sianjir aslian aing mah, asa aya naon kitu nu leungit" timpal Kennard.
"udah ah mo latian ntar gua mo ngebacot lagi ama lu" lanjut Kennard. Lalu mereka semua tertawa ntah membicarakan apa dan kembali ke tengah lapangan.
"minggu depan mereka ada pertandingan, gua bisa ikut ga ya?" tanya Reina kepada teman-temannya.
"nanti kita ke dokter lagi nanyain lu boleh pergi atau ngga okay?"
Selesai latihan, mereka berkumpul di kantin kampus seperti biasa. Banyak orang yang menanyakan Reina saat itu. Tapi Reina hanya tersenyum dan bilang kalau dia sudah sehat.
"gua penasaran deh Rein gimana kronologi sebenernya boleh ceritain ga?" Patrick terlihat dengan penasaran kronologi kejadian yang menimpa Reina.
"awalnya dia minta maaf karena yang ngancem gua itu, terus gua maafin aja gitu. Dia minta gua nganterin dia ke mall, bukan mall sebrang ya. Katanya mau beli softlens ya udah gua anterin aja kan kebetulan softlens gua juga udah mau expired. Udah gitu beli kado juga buat Arighi. Sekalian shopping juga gitu" Reina mengangkat kedua alisnya sambil tersenyum suram tapi sedikit kesakitan karena luka di keningnya. Reina melanjutkan ceritanya itu sampai selesai dengan sedikit ekspresif membuat teman-temannya tertawa mendengar cara Reina bercerita.
"kalian harus tau, waktu gua bangun tuh ya gua kaya manusia goa yang baru ngeliat lampu anjer silau sumpah"
"ngegas anjer sialan" Yesaya memukul meja di kantin itu membuat teman-temannya tertawa.
"eh iya, minggu depan kalian tanding 'kan, tapi gua harus nanya dulu ke dokter boleh ikut atau engga, kalau boleh ya ikut tapi kalo ngga ya sudahlah" Reina mengalihkan topik pembicaraan.
"besok kita temenin ke sana deh biar lu bisa nemenin kita tanding" Joseph buka suara.
ΔΔΔ
Kondisi Reina sudah 98% pulih dari kecelakaan yang kemarin terjadi. Dokter mengizinkan Reina untuk pergi bersama tim basket UPH dengan catatan obat tidak boleh lupa untuk diminum, dan tidak boleh terlalu lelah. Keadaan mental Reina pun dinyatakan normal oleh dokter tidak ada trauma apapun yang dialami Reina.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rain and the Basketboy
RomantikSeperti hujan yang jatuh ke bumi tanpa ketentuan, aku jatuh cinta denganmu tanpa syarat. -RHN- -Jangan lupa tekan bintang untuk melanjutkan imajinasi. -Jangan lupa juga, semua nama dan instansi yang ada dicerita ini hanya sebuah kebingungan author...