Seusai ospek kemarin, kelas kampus akan dimulai hari ini. Reina dan Arighi masuk ke kelas mereka masing-masing seperti biasa.
"muka lu biasa aja dong ah" ucap Ivanna sambil mengusap wajah Reina dengan kasar.
"pasti kepikiran sama si Clara ni orang nih" lanjut Tasya.
"sok tau anjir ih"
"bukan mikirin si Claranya tapi mikirin kata-kata Clara soal Arighi" kata Tasya. Reina mengangguk mengiyakan apa yang Tasya bilang.
"nih nih nih pacarnya Pat mo ngomong" celetuk Ivanna membuat Reina dan Tasya hampir menjitak kepalanya.
"Arighi tuh sayangnya sama lu, Rein. Jadi mau secantik apapun, mau seseksi apapun cewe itu, Arighi paling cuma menganggumi, menghargai karya Tuhan. Tapi hati dia buat lu, itu udah hal paling mutlak, udah ga bisa diganggu gugat"
"Ivanna ih tumben deh jadi sayang" Reina memeluk Ivanna satu detik sebelum Arighi datang.
"Ivanna dipeluk, aku engga nih?" tanya Arighi.
"tuh dijemput, gua abis ini juga mau jalan sama Winston" Tasya menunjuk Arighi yang berdiri di depan pintu.
"gua juga mau main sama Patrick"
"okay bye you guys, jangan nabung sebelum waktunya"
"anjing ya lu" teriak Tasya dan Ivanna bersamaan.
Reina meninggalkan dua sahabatnya di dalam kelas. Pergi bersama Arighi ke kantin kampus untuk sarapan dan merencanakan banyak hal yang ingin mereka lakukan selama beberapa hari ke depan.
"hai Kak" sapa Clara pada Arighi. Tidak ada respon apapun dari Arighi. Hening dan dia asik dengan makanan di depannya.
"di sapa tuh sama biji cabe" Reina tidak bisa menahan tawanya.
"hah siapa yang nyapa? Ada orang yang lewat?"
"ada orang, Ghi"
"Hah sumpah, aku merinding nih Na. Jangan bercanda" Arighi berlaga tidak melihat Clara.
"sombong banget sih jadi orang" Clara mulai kesal.
"Arighi ga sombong, elu yang terlalu murah makanya ga dianggep sama dia" celetuk Winston saat berpapasan dengan Clara.
"lu cewe ga pantes buat kaya gitu" Patrick menambahkan.
Mereka berempat duduk bersama Reina dan Arighi. Memesan makanan dan membicarakan soal waktu latihan mereka menjelang liga mahasiswa. Iya mereka mau mempertahankan gelar juara yang sudah empat tahun berturut-turut ada di pundak mereka. Tahun ke lima, menuju sesuatu yang tidak tertandingi dan menjadi tim basket level universitas terbaik di Indonesia.
"eh itu si clorot apa sih nama si cabe-cabean itu" Winston memulai pembicaraan mereka beralih dari topik sebelumnya.
"Clara" jawab Patrick.
"jiji gua liatnya, kaya tante-tante" kata Winston lalu melahap makanannya.
"yang suka jual diri" lanjut Winston sambil berbisik membuat lima orang di meja itu tertawa.
"lenjeh ya?" tanya Arighi.
"banget anjir" jawab Patrick.
"nah itu kata lu yang ga dideketin sama dia, coba gua"
"geli ga sih anak kuliah dideketin sama tante-tante gitu" lanjut Arighi.
"goblok" tawa Winston dan Patrick semakin menggila.
"apa neh rame rame" Kennard datang sambil menggebrak meja kantin.
"lagi ngomongin si clorot, eh siapa itu kolor, eh apa sih" ya Winston lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rain and the Basketboy
Roman d'amourSeperti hujan yang jatuh ke bumi tanpa ketentuan, aku jatuh cinta denganmu tanpa syarat. -RHN- -Jangan lupa tekan bintang untuk melanjutkan imajinasi. -Jangan lupa juga, semua nama dan instansi yang ada dicerita ini hanya sebuah kebingungan author...