Hari sabtu sore di Kota Bandung. Reina menunggu dimulainya acara gereja se-Bandung Selatan. Kali ini bersama Julian bukan Arighi. Arighi harus latihan basket untuk mempersiapkan pertandingan selanjutnya bersama tim nasional Indonesia U-18 walaupun umurnya sudah tidak lagi 18 tahun.
Jam lima sore acara gereja itu akan dimulai, Reina, Julian dan teman-teman gerejanya sudah berada di dalam gedung gereja untuk melakukan ibadah pembukaan. Seusai ibadah, acara dimulai dengan penampilan sebuah band dari gereja Reina. Julian ada di sana sebagai gitaris dadakan. Band gereja Reina sudah terkenal dari beberapa tahun lalu karena personilnya yang hampir semua memiliki paras yang bisa dibilang di atas rata-rata.
"coba kita kenalan dulu sama personilnya, nama sama dibagian apa ya"
"gua Rio vokalis"
"gua Andrew gitaris melodi"
"gua Julian gitaris" teriakan histeris penonton perempuan mulai menggila.
"gua Boy bassis"
"gua Jeff drummer"
Setelah tiga lagu mereka tampil, Julian turun dari panggung untuk menemui Reina, tapi sayang Dia langsung dihadang oleh sekelompok perempuan yang dari tadi histeris melihat dia tampil.
"Julian foto ya" teriak mereka satu persatu.
"langsung bareng-bareng aja ya" jawab Julian.
"iya gapapa yang penting foto" jawab salah satu dari sembilan perempuan yang ada di sekeliling Julian. Reina hanya tersenyum melihat alumni hatinya dikelilingi perempuan sebanyak itu. Sekitar lima sampai enam foto sudah didapatkan. Sekarang giliran Julian yang berfoto bersama Reina.
"Na ayo foto" ajak Julian.
"iya ayo" jawab Reina. Sembilan perempuan yang tadi masih ada di sana, belum bubar, memperhatikan Julian dan Reina.
Gaya foto mereka berdua sedikit membuat sembilan perempuan yang tadi kembali histeris. Pasalnya, Julian merangkul Reina tanpa ada rasa janggal dan banyak gaya gaya yang membuat orang lain menyangka kalau mereka punya hubungan spesial.
"guys pamit ya, mau pergi" ujar Julian pada teman-teman gerejanya itu.
"bye gitaris ganteng yang banyak fansnya" teriak Andrew.
"iya ati ati ya cogan yang mau malmingan ama cewenya" teriak Boy.
"sialan lu pada" balas Julian.
"duluan ya guys" Reina juga pamit. Lagi-lagi sembilan perempuan itu kembali histeris mendengar apa yang dikatakan Boy. Julian menarik tangan Reina dan membawa Reina masuk ke dalam mobilnya lalu menacapkan gas keluar dari lingkungan gereja.
Sesuai dengan rencana mereka, mereka mau pergi ke kawasan pemandian air panas di Subang. Di awal perjalanan memang janggal untuk mereka. Tapi lama kelamaan mereka kembali seperti biasa.
"eh kobokan warteg, kalo tutup berarti pindah ke yang satunya ya"
"ngikut aja pa bos" jawab Reina.
Dan benar ternyata apa yang Julian kira, pemandian air panas tempat mereka yang biasanya tutup karena sedang diperbaiki. Mereka pindah ke tempat yang satunya. Tiket masuknya memang lebih mahal, tapi kolamnya lebih bagus.
"kangen ga sih?" tanya Reina saat mereka sudah ada di dalam kolam.
"kangen apa?" tanya Julian.
"ya kangen aja kaya gini, dulu kita sering kan" jawab Reina.
"siapa yang ga kangen sih, Na" timpal Julian.
"berapa tahun kita ga pernah kaya gini lagi, dulu sering banget kaya gini. Pasti kangen" lanjut Julian.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rain and the Basketboy
RomanceSeperti hujan yang jatuh ke bumi tanpa ketentuan, aku jatuh cinta denganmu tanpa syarat. -RHN- -Jangan lupa tekan bintang untuk melanjutkan imajinasi. -Jangan lupa juga, semua nama dan instansi yang ada dicerita ini hanya sebuah kebingungan author...