Reina keluar dari ruang oprasi tapi belum sadarkan diri. Empat jam Reina berada di ruang oprasi dan dokter menyatakan kalau Reina sedang kritis dan harus dirawat di ruang ICU. Banyak selang yang terpasang di badan Reina, mulai dari selang oksigen sampai selang untuk memasukkan makanan cair langsung ke lambung Reina.
"Bapa, Ibu, dan kakaknya Reina, Reina sudah selesai di oprasi, selama empat jam oprasi tadi, Reina sempat hilang dua kali di dua jam pertama, detak jantungnya bukan tidak terdeteksi tapi hilang. Saya bilang di telinga Reina setelah Reina hilang untuk kedua kalinya. 'Reina saya tau kamu perempuan yang kuat, ayo kita berjuang'. Reina memang anak yang kuat, jadi dua jam berikutnya Reina terus bertahan dengan bantuan semua alat sudah kami pasang di badan anak Bapak dan Ibu. Saya nyatakan oprasi kami berhasil" dokter menjelaskan keadaan Reina setelah oprasi selesai.
"tapi Reina masih harus dirawat di ICU selama beberapa hari, sampai kondisinya mulai stabil, jika belum sadar tapi kondisinya sudah semakin membaik, Reina bisa dipindah ke ruang rawat inap, untuk mengurangi beban Bapak dan Ibu, selain itu transfusi darah masih harus dilakukan secara berkala" lanjut dokter itu.
"tapi kalau dipindah seperti itu aman, Dok?" tanya ibu Reina.
"kalau kondisi Reina sudah stabil, maka pemindahan itu sudah saya jamin aman. Lagi pula, luka yang dialami Reina tidak ada luka dalam jadi proses pemulihan bisa dilakukan di ruang rawat inap biasa" jawabnya
"untuk transfusi darah masih ada dok?" tanya Arighi.
"sampai saat ini, masih satu lagi kantung darah yang bisa ditransfusi untuk Reina, kalau ada dari bapa ibu, atau adik adik semua yang bergolongan darah A+, jika berminat untuk mendonorkan darahnya bisa langsung mendaftar ke meja suster jaga di lobi" lanjut dokter itu.
"Sekarang boleh masuk ke sana dok?" tanya Ayah Reina.
"boleh tapi jangan lebih dari empat orang ya" jawab Dokter itu. Ayah Reina mengajak Arighi untuk masuk ke dalam. Arighi sempat menolak tapi Ivanna dan Tasya menyuruh Arighi masuk terlebih dahulu.
Kedua orangtua Reina masuk bersama dengan Reino dan Arighi. Arighi membiarkan keluarga Reina yang melihat Reina terlebih dahulu, dia hanya diam di belakang kedua orang tua Reina. Ayah Reina meminta Arighi untuk mendekat, tapi Arighi menolaknya.
"Ghi, Om, Tante, dan Reino keluar dulu yah, Om tau kamu butuh waktu berdua doang sama Reina" setelah lima sampai sepuluh menit mereka di dalam sana, Ayah Reina menepuk pundak Arighi dan meninggalkan Arighi sendirian di dalam sana.
"Reina, ini Aghi, maafin aku yah aku ga bisa jagain kamu hari ini sampe kamu harus di oprasi kaya gini" Arighi memegang tangan kanan Reina yang terpasang selang infus. Air mata Arighi jatuh melihat keadaan pacarnya sekarang ini.
"Aghi ga tega liat Reina kaya gini, Reina yang kuat yah, Aghi gakan kemana-mana kok, Arighi di sini sampai Reina sadar. Kalau Aghi gaada di sini, berarti Aghi lagi kelas sama lagi latihan"
"Aghi kaya orang gila ya ngomong sendiri, tapi Aghi tau kok, Reina dengerkan apa yang Aghi bilang sekarang. Kamu harus kuat ya sayang,kamu ga usah takut Aghi kemana-mana, engga Aghi di sini, nungguin Reina sampe Reina sadar" tanpa Arighi sadar, air mata Reina mengalir keluar dari matanya yang tertutup.
"Nana cepet bangun ya, Nana bilang sama Aghi, Nana mau apa, nanti Aghi beliin, Aghi tau yang Nana pasti mau koi kan, makanya cepet bangun ya Na biar kita bisa beli koi lagi" Arighi tidak bisa menahan tangisnya kali ini. Arighi hanya terdiam menatap Reina yang terbaring lemah di kasur keras rumah sakit. Berbeda dengan Reina yang biasa ia lihat, Reina yang usil, tidak bisa diam, sekarang diam tidak bergerak ditambah dengan selang selang yang masuk ke dalam tubuhnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rain and the Basketboy
RomanceSeperti hujan yang jatuh ke bumi tanpa ketentuan, aku jatuh cinta denganmu tanpa syarat. -RHN- -Jangan lupa tekan bintang untuk melanjutkan imajinasi. -Jangan lupa juga, semua nama dan instansi yang ada dicerita ini hanya sebuah kebingungan author...