/ that was the unexpected start of you and me /
🌔🌕🌖"Para penumpang yang terhormat, selamat datang di Jakarta, kita telah mendarat di Bandar Udara Internasional Soekarno-Hatta, kami persilahkan kepada Anda untuk tetap duduk sampai pesawat ini benar-benar berhenti dengan sempurna pada tempatnya dan lampu tanda kenakan sabuk pengaman dipadamkan..."
Saya menguap lebar, masa bodoh dengan gadis di kursi sebelah yang kini agak menatap ilfil. Sungguhan, dia ini teman-seperjalanan-pesawat-Surabaya-Jakarta yang sama sekali tidak menyenangkan. Di hari pertama bertemu, yang sejatinya hanya sekitar satu setengah jam sejak kami duduk bersebelahan di kursi masing-masing, dia bahkan sudah menanyakan hal-hal yang seharusnya menjadi privasi.
"Boleh tukeran nomer, nggak? Eh, tapi masnya belum ada pacar, kan?"
Adalah salah satunya. Aduh, jadi merinding saya ingatnya.
"...sebelum meninggalkan pesawat, kami ingatkan kembali kepada anda untuk memeriksa kembali bagasi kabin anda agar tidak ada barang yang tertinggal. Para penumpang dengan lanjutan penerbangan silahkan melapor pada bagian layanan pindah pesawat di ruang penerbangan. Terima kasih."
Entah suara pramugari yang mana saya tidak tahu, tapi yang pasti saya ingin sekali sujud syukur kepada pemiliknya saat ini juga. Karena tepat setelah suara itu berhenti, gadis di sebelah saya ini beranjak dari tempat duduknya, membawa semua barangnya, dan bergegas pergi. Boro-boro pamit, menoleh ke arah saya saja tidak.
Yeu, wanita.
Pun saya memutuskan untuk menelepon sopir pribadi saya, apakah sudah datang menjemput atau belum, sambil menunggu para penumpang yang masih mengantre turun.
"Woy, Jer!" sapa saya setelah panggilan tersambung.
"Woy, Nyet, dimana lo? Kebelet boker nih gue, nungguin dari tadi!"
"Sabar elah, barusan juga landing. Udah mau turun nih, tungguin bentar."
"Buru!"
Klik.
Sambungan diputus begitu saja oleh Jeremy Harendra Putra. Dia ini kakak sepupu dari sahabat dekat saya sewaktu SMP, Anya. Jadi, Anya ini awalnya satu sekolah sama saya di Surabaya. Tapi setelah lulus SMP, dia dan keluarganya pindah ke Jakarta. Keluarga besarnya memang mayoritas tinggal di Ibu Kota, termasuk si Jeremy ini. Sebelumnya, kami berdua memang sudah berjanji untuk saling keep-in-touch supaya bisa memastikan masing-masing dari kami masih hidup dan tidak musnah dari muka bumi. Dan hal itu masih berlaku hingga detik ini. Lagian setiap kali liburan tiba, perempuan itu masih rutin berkunjung ke Surabaya dengan alasan rindu tahu campur langganan kami dulu.
Halah palsu, padahal juga aslinya rindu sama saya.
Pernah suatu kali, kalau tidak salah liburan satu setengah tahun yang lalu, dia membawa serta sepupunya––yang nggak lain adalah Jeremy––untuk bertemu saya. Katanya, kami ini sebelas-dua belas. Sama-sama pecinta musik terutama rock, sama-sama pernah menghabiskan masa kanak-kanak di luar negeri, sama-sama jomblo sejak lahir, sama-sama... apa lagi? Ya, intinya kami betulan langsung 'klik' karena kesamaan-kesamaan tersebut. Di hari itu juga. Thanks to Anya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sun and Moon
FanfictionIbarat sang surya dan rembulannya, Saya dan kamu dijauhkan Agar belajar lebih dewasa. Saya dan kamu diberi jarak Agar mampu pulih dari luka. Saya dan kamu dipertemukan kembali Agar menjadi insan sempurna. ©2019 • oldelovel