25| i n s o m n i a

446 64 7
                                        

/ some things you said kept me up all night /
🌔🌕🌖

"Oi, Bri!"

"Hah?" Saya tersentak begitu memasuki area studio Bang Teddy dan langsung diserbu Jeremy yang kebetulan baru selesai nyebat di teras depan. Dia menunggu saya selesai memarkirkan motor sebelum lanjut bertanya.

"Elang gimana?"

"Masih di UGD waktu gue ke sana tadi. Kepalanya bocor, mesti dijahit. Untungnya itu doang yang parah, lainnya cuman lebam sama luka ringan."

"Terus, Ayu gimana?"

Batin saya sedikit mengernyih mendengar nama itu disebut. "Sempet kalap sih dia. Tapi ya, udah lumayan tenang."

"Thank God." Dia mengelus dada. "Dia... ngamuk sama lo?"

Saya mengangguk singkat, lantas mencoba bergurau. "Siap-siap lo kena amuk juga ntar."

"Udah siap mental sih gue kalau dia ngamuk." Jeremy balas bergurau, tapi saya tahu lewat air mukanya kalau dia masih khawatir. "Tapi dia serius udah nggak kenapa-kenapa, kan?"

"Iya." Dan sekarang gantian gue yang kenapa-kenapa, sambung saya dalam hati. Tidak benar-benar saya utarakan. "Toh, ada Dio yang nemenin." tambah saya super pelan.

Mendengar itu, Jeremy langsung pasang muka kasihan. "Lo... serius nitipin Ayu ke Dio?"

"Muka lo bikin geli, Su."

"Eh, ditanyain beneran juga."

"Ya, terus mau ke siapa lagi? Adanya Dio doang?"

"Ya, siapa kek! Ikhlas emang lo, nitipin ke Dio?"

"Nih ya, gue bilangin. Gue nggak nitipin Ayunda ke siapa-siapa. Dio cuman nemenin. Lo tahu sendiri kan, kalau anaknya tahan banting? Bahkan kalau dunia runtuh pun, gue percaya dia bisa survive sendiri." Mendadak saya teringat kejadian di taman rumah sakit tadi. Diizinkan melihat kerapuhan seorang Ayunda Chandralekha sekali lagi, memang bukanlah suatu hal yang patut menjadi kebanggaan bagi saya, mengingat bahwa saya sendirilah yang menjadi sebab dia bisa hancur seperti itu. But she said, she fixes herself. Dan saya meyakini itu. Bukannya saya lari dari tanggung jawab setelah membuat dia kecewa hingga sebegitunya, tapi saya lebih percaya tidak ada yang bisa menyembuhkan luka itu selain dirinya sendiri. Persis seperti apa yang dia bilang.

I only can keep loving her while she fixes herself.

Lagipula, memangnya saya siapa? Punya hak apa sampai tidak ikhlas segala kalau Ayunda ditemani Dio? Sepertinya saya perlu pasang reminder, supaya tidak lupa kalau sekarang ini, saya sudah bukan lagi siapa-siapa.

"Take instrumen udah kelar, tinggal vokalnya. Lo masih kuat kan kalau lanjut?"

"Kuat." jawab saya, berusaha terdengar ringan. Ya, mungkin benar apa kata orang. Patah hati tidak bikin duniamu langsung kiamat saat itu juga. Dan masih ada banyak cara untuk mengobati patah hati. Menyibukkan diri, misalnya.

🌔🌕🌖

"Kelar nih, tinggal gue atur dikit-dikit lagi sama yang lain. Besok gue kabarin lagi deh." ujar Bang Teddy menutup proses rekaman hari ini. "Lo pada mau langsung balik apa gimana, nih?"

"Kenapa emangnya, Bang?" Jeremy bertanya.

"Kalau nggak, ke kafe pojok dulu lah. Gue traktir."

"Wiihhh... Boleh tuh, Bang."

Karena di antara kami berlima tidak ada yang berani menolak tawaran nongkrong Bang Teddy dan tidak ada pula yang mau menolak berkat, jadilah kami berangkat ke kafe pojok yang jaraknya hanya sepuluh meter dari studio.

Sun and MoonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang