/ stuck between 'i don't wanna feel that type of hurt again' but 'i wanna feel the type of love again' /
🌔🌕🌖"Dor!"
Punggung saya seketika menegak akibat dikejutkan secara tiba-tiba dari belakang. Pelakunya Dio dan Hana yang kini menertawakan saya puas-puas karena misi mereka sukses.
"Asem lo berdua." respon saya tanpa minat. Tidak seperti biasanya, seharian ini saya sedang tidak mood bergabung dengan haha-hihi mereka. Bahkan di kelas tadi saya memilih diam saja walau tidak bisa fokus sama sekali. Pasalnya, hari ini hari pertama saya datang bulan. Telat seminggu dari jadwal seharusnya dan rasanya luar biasa menyiksa.
"Lo diem mulu dari tadi perasaan, kenapa deh, Yu?" Dio bertanya.
"Biasa, Yo. Period thingy."
"Heh." Saya menyenggol Hana karena asal mengumbar urusan perempuan kepada Dio yang notabennya laki-laki.
"Elah, kayak baru kenal gue semalem aja. Santai kali, Yu."
"Eh, ngeboba, yuk! Yang deket sini seinget gue udah mulai ada diskon opening." Hana buru-buru mengecek HP di tangannya.
"Nah. Setahu gue nih ya, cewek kalo lagi dapet tuh seneng jajan yang manis-manis biar naikin mood." timpal Dio.
Saya dan Hana sontak saling lirik sesaat, sebelum gadis itu menyuarakan keheranan kami. "Kautsar Ardio Putra yang polos dan cueknya nggak ketulungan, belajar dari mana lo yang kayak begituan??"
"Bau-bau punya gebetan nih, Han. Sampe ngerti masalah cewek gitu, padahal juga biasanya––"
"Ngaco lu!" Dio mengusapkan telapak tangannya ke wajah saya supaya saya berhenti menggodanya. Tapi setelahnya, saya masih nekat meliuk-liukkan alis dengan jahil dan berhasil membuat cowok polos satu itu semakin salah tingkah. "Gue tahu dari Suca kok. Dia suka ngajakin ceweknya jajan yang manis-manis kalau lagi jadwalnya."
"Alah mosok..." Saya tergelak puas karenanya. "Eh, lo kalo mau ngeboba berdua aja lah. Gue skip dulu, mau pacaran sama kasur."
"Yahhh..." Hana langsung bersungut kecewa.
"Ya udah, gue anterin balik ke kosan ya kalo gitu?" tawar Dio.
"Kagak usah, lo temenin Hana aja, Yo. Lagi ngidam boba banget tuh anaknya."
"Yakin lo?"
"Iya." Saya berusaha menunjukkan raut paling meyakinkan yang saya punya. "Ya udah, gue balik dulu nih, ya."
"Hati-hati, Yu!"
Saya melambaikan tangan kepada kedua teman seperjuangan saya itu sebelum benar-benar melangkah menuju parkiran dimana motor saya terparkir. Tapi saat melihat gedung FEB di arah yang berseberangan dengan parkiran, langkah saya terhenti.
"Lo harus tahu kenalan lo itu lagi mati-matian nahan diri biar nggak kurang ajar meluk lo dan bilang sampai mulutnya berbusa kalau dia kangen."
"Masalahnya, emang dia punya hak? Orang lo aja nyebut dia kenalan."
"Have a nice dream tonight, Ayunda."
Semua ucapan Brian dan dua lagu yang dibawakannya semalam kembali terngiang-ngiang di kepala saya. Mungkin Brian dan kalian mengira saya ketiduran karena sama sekali tidak merespon lagi setelahnya, tapi tidak, saya sungguhan mendengar semuanya.
Pernah kalian merasakan rindu yang begitu mencekik dan begitu menyesakkan? Seperti itulah yang saya rasakan tadi malam, sampai-sampai saya memutuskan memerangi ego saya sendiri demi memulai obrolan dengan Brian setelah tahu dia sedang online dan mengajaknya melakukan panggilan video. Ya, walau tidak berakhir seperti yang saya harapkan, tapi setidaknya cukup untuk menyicil rindu hanya dengan mendengar suaranya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sun and Moon
Fiksi PenggemarIbarat sang surya dan rembulannya, Saya dan kamu dijauhkan Agar belajar lebih dewasa. Saya dan kamu diberi jarak Agar mampu pulih dari luka. Saya dan kamu dipertemukan kembali Agar menjadi insan sempurna. ©2019 • oldelovel