/ it's hard to turn the page when you know someone won't be in the next chapter, but the story must go on /
🌔🌕🌖
"Lo lagi, lo lagi. Ngapain sih di sini? Bosen ketemu lo mulu." Wisnu yang lebih dulu memasuki kafe tahu-tahu langsung menoyor kepala seorang gadis yang duduk di salah satu meja. Dan saya baru sadar itu Yasmin waktu jarak kami sudah cukup dekat.
"Nggak usah noyor, nanti jadi bego!" amuk Yasmin yang langsung bikin perut saya tergelitik. "Nggak lihat aku lagi kerkel?"
"Dari sekian banyak tempat, harus di sini banget?"
"Ya udah sih. Toh aku mau nonton yang lain, nggak usah ge-er kamu, Mas."
Aduh, capek saya ketawa setiap dengar mereka berdua berdebat.
"Dith." sapa Wisnu kepada salah satu teman Yasmin yang juga datang dan duduk di meja yang sama dengan dia. Melihat sebuah laptop menyala di tengah meja dan lembar-lembar kertas berceceran di sekitarnya, mungkin benar yang dibilang Yasmin kalau dia sedang kerja kelompok bersama dua temannya––perempuan yang dipanggil 'Dith' oleh Wisnu tadi dan satunya lagi laki-laki.
"Judith doang nih yang disapa? Daffa kagak?" tanya Yasmin dengan alis yang meliuk jahil.
"Ini mau nyapa. Oi, Dap." Wisnu kini ganti menyapa teman Yasmin yang laki-laki, Daffa.
"Yo, Mas."
Saya tiba-tiba jadi punya firasat kalau Wisnu ada something sama si Judith-Judith ini, melihat cengiran yang—saya percayai––sedang mati-matian dia tahan setelah tadi sempat digoda oleh adiknya sendiri. Haha, mungkin naksir.
"Jadi, yang bener kerkel apa nonton kita manggung nih, Yas?" Saya mengarahkan telapak tangan ke hadapan Yasmin, bermaksud mengajaknya ber-hi-five.
"Eh, Kak Bri?" Dia menyambut saya antusias. "Yaa, bisa disambi ini mah."
"Belajar yang bener lho, Yas."
"Siap!"
"Lo kalo sama Bang Brian bisa langsung nurut, sama gue kok kudu durhaka dulu?"
Saya tergelak waktu Wisnu bilang begitu. Bisa-bisanya ini anak cemburu, nggak inget apa sama Yasmin biasanya kayak Tom and Jerry?
"Dih, drama banget. Mentang-mentang lagi banyak orang."
"Pilih, Yas. Gue apa Wisnu?"
"Kak? Udah jelas banget itu, ngapain ditanya segala sih?"
"Pasti lo mau milih gue kan?" Dimas yang datang dengan menenteng case cajonnya, langsung ikut nimbrung dalam percakapan kami.
"Yee, pede banget!"
Gelak tawa kami serta-merta membuat gaduh satu kafe.
"Dah, yuk. Ntar disambung lagi ngobrolnya habis manggung." ujar Suca mengingatkan. "Jere mana?"
"Tuh, udah di depan."
"Lah, kapan lewatnya itu orang?" Saya cukup kaget waktu lihat Jeremy tahu-tahu sudah di panggung dan sedang menyiapkan peralatan manggung kami.
"Ya udah, Dith, Dap, kita ke depan dulu ya." pamit Wisnu mewakili kami semua.
"Sekarnya nggak dipamitin nih Mas Kresna?" gurau Dimas.
"Dendam dia, Kak. Udah biar aja."
Dua kakak-beradik itu bahkan masih sempat-sempatnya beradu tatap sengit sebelum saya seret Wisnu ke depan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sun and Moon
FanfictionIbarat sang surya dan rembulannya, Saya dan kamu dijauhkan Agar belajar lebih dewasa. Saya dan kamu diberi jarak Agar mampu pulih dari luka. Saya dan kamu dipertemukan kembali Agar menjadi insan sempurna. ©2019 • oldelovel
