12| a n g k r i n g a n

503 86 12
                                    

/ let's flip coin. heads, i'm yours.
tails, you're mine /
🌔🌕🌖

Jemari saya dan Brian masih bertautan hingga kami tiba di sebuah angkringan yang berjarak hanya beberapa meter dari area kampus. Hari ini angkringan lumayan padat sampai rasa-rasanya sulit mencari tempat parkir, beruntung saya dan Brian memutuskan untuk berjalan kaki saja dari kampus ke sini.

Saya dan Brian.

Hahahaha. Menyebutkannya saja berhasil bikin saya tidak kuasa menahan tawa, saking belum terbiasanya. Siapa yang menyangka kalau hari ini adalah hari pertama kami pacaran? Lagian, siapa suruh sih dia bikin pengakuan tiba-tiba? Mana harus di parkiran kampus banget?

"Spontanitas itu namanya, Ayunda. Kata orang nih ya, yang nembak secara spontan dan to the point itu jauh lebih berasa tulusnya daripada yang nyiapin bunga, cokelat, dan segala macem."

Begitu jawabnya waktu saya lontarkan protes. Dan apakah kalian masih akan bertanya, kenapa saya bersedia jatuh cinta sama dia? Maka dengan senang hati saya akan balas bertanya, kenapa pula saya harus tidak bersedia, sementara dia semudah mengucap dua kalimat itu, membuat saya menjatuhkan hati untuknya?

"By the way, nggak apa-apa nih, kencan pertama kita di angkringan?"

"Kencan pertama, katanya!" Gelak saya melengking lagi. Sudah saya bilang kan, saya ini masih belum terbiasa. "Lagian, bukannya kita udah pernah makan bareng di angkringan yang waktu pulang festival itu? Terus, kalo angkringan emang kenapa?"

"Ya, nggak kenapa-kenapa. Kan ada tuh, cewek yang ketinggian level sampe nggak mau diajakin cowoknya ke warung, apalagi angkringan gini."

"Sombong tuh lidahnya, belom juga nyicipin nikmatnya nasi kucing angkringan pakai lauk sate-satean. Apalagi kalau udah kepepet laper gini."

Brian tersenyum. Jenis senyum yang bukan kepalang manisnya. Dan saya bersumpah, kalaupun harus dikonsumsi setiap hari, saya rela overdosis demi senyum itu.

Dua cangkir kopi hangat kami datang lebih dulu, sejenak menjadi teman obrolan sebelum makanan yang kami pesan menyusul.

"Serius udah jadi lagunya? Awas aja ya, kalau bukan gue pendengar pertamanya."

"Nih, gue punya demonya di HP."

Keantusiasan saya seketika melambung hingga ke ubun-ubun, begitu melihat dia betulan mengeluarkan HP dan earphone dari dalam saku celana. Pun senyum saya harus tertahan malu-malu saat dia memasangkan salah satu earphone di telinga saya dan satu yang lain di telinganya.

Setelah menancapkan earphone di HP, jemari Brian lincah mencari satu folder berisi demo-demo lagu di aplikasi musiknya. Dan sehabis melakukan scroll panjang, yang mana memang sudah cukup banyak lagu yang dia ciptakan, dia berhenti di salah satu judul.

Congratulations.

Dan saya langsung dibuat terpana bahkan di detik pertama intro lagu diputar olehnya. Mana ini Brian sendiri lagi yang nyanyi. Saya harap kalian tidak bosan-bosan membacanya, tapi seperti yang sudah saya bilang tadi, bahwa memanglah semudah itu bagi seorang Briananda Radhitya Kusuma membuat saya rela menaruh hati kepadanya.

Congratulations, glad you're doing great
Congratulations, how are you okay
How could you be so fine
I can see it in your eyes
The same look that you gave me, that kills me inside, oh

I don't even need to ask, yeah
I know you too damn well, yeah
I can see that smile and can tell that you did more than move on

Sun and MoonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang