22| s t a y o v e r

488 66 15
                                    

/ i want to hold hands and waste friday night with you /
🌔🌕🌖

"Ayah sama Ibu nggak di rumah?"

"Iya. Biasa lah, ada dinas di luar kota. Seminggu kadang cuman balik ke rumah sekali." jawab saya, dengan tangan kanan yang sibuk memencet remot demi menggonta-ganti channel TV, dan tangan kiri memegangi HP di telinga.

"Terus makan lo gimana?"

"Ya, nyuruh Elang beli di warung. Atau delivery."

"Ini udah makan?"

"Belum. Elang belum balik sekolah, ntar lagi lah gue keluar cari makan."

"Nggak boleh capek-capek dulu, Yu, lo barusan sembuh. Mending Go-food kek, apa kek. Gue pesenin aja, gimana? Mumpung ada promo."

"Beneran?"

"Iya, beneran. Milih dulu sana, nanti chat gue kalau udah. Kasihin alamat rumah juga."

"Yeayy!! Makasih, ganteng."

"Ya udah, ini gue mau balik ke kosan dulu. Buruan milihnya, jangan sampe nunda jam makan."

"Iyaaaa. Gue tutup, ya."

Dan setelah telepon ditutup, saya malah bingung sendiri dan hanya bolak-balik melakukan scrolling demi mencari menu makanan apa yang saya inginkan saat ini.

Oh ya, ngomong-ngomong saya masih dipaksa ambil cuti pasca ambruknya saya gara-gara tipes. Bahkan Anya rela menggiring saya ke rumah orang tua saya, karena takut saya nekat kuliah kalau saya masih ada di kosan. Mau tidak mau saya pilih mengalah, daripada malah digiring ke neraka sama dia.

Sudah dua hari lamanya sejak saya keluar dari penjara rumah sakit. Dan sudah dua hari lamanya pula sejak saya menjejakkan kaki masuk ke penjara yang lain.

Rumah yang terasa lengang ini.

Oh, ralat. Tidak lengang kalau ada Elang di dalamnya. Tapi karena statusnya masih pelajar SMA, yang mana dia berkewajiban menghabiskan sepuluh dari dua puluh empat jam yang dia punya dalam sehari di sekolah dan berkutat dengan berbagai mata pelajaran, membuat dia harus meninggalkan saya ditelan kosongnya rumah ini.

Seperti biasa, kedua orang tua saya memilih tetap melanjutkan pekerjaannya walau Anya sudah mengabari mereka kalau saya sempat ambruk waktu itu. Bisa dibilang, jadi lebih sering dibanding biasanya mereka menelepon demi bertanya bagaimana keadaan saya, apakah saya makan dan tidur dengan baik, dan sebagainya, yang mana malah jadi begitu asing bagi telinga saya mendengar pertanyaan-pertanyaan semacam itu keluar dari mulut mereka. Mengingat bagaimana ambisnya kedua orang tua saya jika itu sudah menyangkut pekerjaan, sampai-sampai dua anak yang mereka miliki sudah sangat terbiasa hidup dan bertumbuh sendiri tanpa kehadiran mereka.

Ah, tapi itu bukan sesuatu yang bisa saya keluhkan. Masih banyak teman-teman di luar sana yang sudah tidak bisa lagi melihat orang tua mereka.

Brian
|toktok
|udh milihnya?

Astaga, saya sampai lupa kalau Brian menunggu saya memilih makan siang untuk dia pesankan. Berkat ngawur, saya akhirnya menjatuhkan pilihan kepada salted egg chicken.

Pun saya lekas mengetikkan balasan dari pertanyaan Brian itu beserta alamat lengkap rumah saya, lantas kembali pada kegiatan memencet-mencet remot hingga menjumpai channel yang sekiranya mampu mengusir rasa bosan saya.

Sun and MoonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang