31| a l e a v e w i t h o u t r e t u r n

292 50 7
                                    

/ why do our hearts choose lovers that makes us suffer? /
🌔🌕🌖

|toktok
|udh bangun yu?

Ketik saya kepada Ayunda, pagi-pagi sekali, sesaat setelah saya terbangun dari tidur nyenyak.

Sungguhan, senyenyak itu.

Akhir-akhir ini mau tidur saja rasanya sulit sekali karena nyeri di perut. Ya, siapa sangka sih radang usus buntu? Sayanya juga bebal banget, pakai acara mager periksa ke dokter segala.

Tok! Tok!

"Lah? Baru juga gue chat, Yu, udah ke sini––Eh?"

"Waduh... Kayaknya kecewa banget yang dateng bukan yang ditunggu-tunggu? Apa aku keluar lagi aja ya, Kak?"

"Masuk aja kali, Yas." Saya terkekeh melihat Yasmin yang datang. "Wisnu mana?"

"Nggak sama Mas Kresna kok. Aku sepedaan ini tadi."

"Loh, rumah lo deket sini?"

Gadis itu menggeleng. "Emang kalo libur sekolah suka sepedaan yang jauh. Hitung-hitung olahraga."

"Weh, bisa ditiru tuh." Saya mendadak antusias. "Kapan-kapan gue ikut sepedaan boleh, ya?"

"Iya, boleh."

Tok! Tok!

Seseorang datang lagi, dan kali ini benar Ayu––

"Kenapa sih punya adek tuh nyebelin banget? Nggak pernah mau nurut, nggak pernah mau dibilangin. Apa Elang gue lelangin aja ya, Bri?"

"...Yu?"

"Apa?"

"Dilihatin Yasmin tuh, nggak malu apa?"

Setelah datang-datang membuat keributan, sadar pula dia akhirnya kalau bukan hanya kami berdua yang ada di kamar ini. Harus setengah mati saya menahan tawa waktu melihat wajahnya perlahan berubah merah akibat malu.

"Yasmin siapa?" tanyanya, berusaha sok cool.

"Adeknya Wisnu yang kemarin ikut nolongin gue. Kenalan dulu sana."

Yasmin berinisiatif menghampiri Ayunda lebih dulu dengan tangan terulur. "Yasmin, Kak."

"Ayu." Ayunda menyambut uluran tangan itu dibarengi senyum manis.

"Hehe, iya, udah tahu."

"Udah tahu?"

"Anak Tunas Pertiwi siapa sih yang nggak kenal Kak Ayu?" Yasmin terkekeh. "Pantes ngerasa familiar pas kemarin aku ngintip foto kakak di HP Kak Brian, ternyata beneran Kak Ayu alumninya Tunas Pertiwi."

Ayunda sedikit tersipu, lantas berusaha menutupinya dengan gelak renyah yang khas. "Terus ini Wisnunya mana, Yas?"

"Belom bangun tadi pas aku berangkat sepedaan, Kak. Nanti kayaknya nyusul."

Ayunda membulatkan mulutnya. Dan setelahnya, Yasmin mulai aktif menanyakan pertanyaan-pertanyaan seputar masa SMA, kuliah, dan lain-lain, sementara Ayunda––izinkan saya tertawa sebentar, karena dia masihlah sepasif dulu jika harus berhadapan dengan orang baru dan hanya menjawab semua pertanyaan-pertanyaan itu tanpa balas bertanya balik walau sekadar berbasa-basi.

"Eh, aku nyamuk banget nggak sih ini? Ganggu kalian berduaan?"

"Ya, nggak lah!" tukas saya dan Ayunda nyaris bersamaan.

"Santai aja kalo sama kita mah..." tambah saya. "Oh iya, Yu, Elang kenapa sampe lo ngomel-ngomel kayak tadi?"

"Tadi tuh ya, pas gue lagi nemenin Elang sarapan, ada cewek dateng ke kamar. Pasien sini juga, lebih muda dikit dari Elang. Mau nyamperin si bocah bilangnya, tapi nggak jadi tahu ada gue. Habis dia pamit balik ke kamarnya, Elang langsung gue tanya-tanyain dong. Tahu, nggak, dia bilang itu cewek siapa?"

Sun and MoonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang