/ was it worth it? letting me go, just to feed your ego? /
🌔🌕🌖"Nggak sama Wisnu?" Saya bertanya, masih setengah terkejut karena pagi-pagi sekali, lagi-lagi Yasmin datang tepat setelah Dokter selesai memeriksa saya untuk yang terakhir kali sebelum saya dipulangkan.
"Nggak, masih molor anaknya. Kebo banget tiap hari, mentang-mentang udah libur panjang nungguin SBMPTN." jelas Yasmin. "Aku bawa motor ini tadi, jadi bisa nganter Kak Brian pulang."
"Udah punya SIM emang?"
"Belum sih, hehe. Tapi bisa kok, lewat jalan tikus."
Saya yang duduk di tepi ranjang di sebelah tas tangan berisi beberapa potong pakaian yang sudah selesai di-packing, hanya manggut-manggut memperhatikan gadis yang duduk di sofa kamar itu membongkari isi rantang yang tadi datang bersamanya.
Sebenarnya saya sudah bilang ke yang lain, termasuk Wisnu, untuk tidak perlu menjemput saya hari ini karena saya sudah ada janji dengan Ayunda. Tapi, entahlah, mungkin Wisnu tidak bilang ke adiknya. Jadi ya, mau bagaimana lagi? Nggak mungkin juga kan saya suruh pulang lagi? Nanti deh, saya jelaskan kalau Ayunda sudah datang.
"Nih, sebelum pulang sarapan dulu."
Saya melangkah mendekat dengan mata yang tertuju pada hidangan yang dia sajikan dengan rapi di atas meja. Nasi, sup ayam, tahu tempe, pisang, minumnya susu cokelat yang masih hangat karena dia pakai termos, buset, gimana bisa coba saya suruh dia pulang? Menolak berkat itu mah namanya!
"Masak sendiri ini, Yas?"
"Nggak lah, masakan Mama semua ini. Aku bagian nyeduh susu sama beli pisang di pasar buah doang." Yasmin meringis memamerkan cengiran andalannya. "Dimakan, Kak, jangan dilihatin aja."
"Bilangin ke Mama ya, makasih banyak dari Brian." ucap saya sembari menerima sendok yang dia sodorkan dan mulai melahap hidangan di atas meja.
"Enak, Kak?"
"Enak banget. Berasa hidup lagi gue setelah dua hari ini dikasih makan bubur hambar doang."
"Hahahaha!"
"Lo ikut makan juga, gih. Masa gue makan sendirian?"
"Nggak usah, Kak, habisin aja. Aku mah nggak bisa ngelewatin sarapan, jadi tadi udah makan dulu sebelum berangkat."
"Yahh... Ya udah, tempe aja deh ya?" Saya mencomot sepotong tempe dan menyodorkannya ke arah Yasmin.
"Ih, udah makan aja, Kak! Beneran, aku tadi udah sarapan!"
"Wiingg... syuttt..." Saya memainkan tempe di tangan saya seolah-olah makanan itu adalah pesawat yang siap masuk ke dalam mulutnya, seolah-olah Yasmin adalah balita yang baru mau makan jika disuapi dengan cara seperti itu. Dan ya, dia mau!"Dih, apaan sih, Kak!" Dia tergelak di sela-sela kunyahan.
"Pinter banget, Dek..." Saya ikut tertawa sembari menepuk gemas puncak kepalanya. Wah serius, saking gemasnya, saya tiba-tiba jadi pengen telepon orang tua saya di Surabaya minta dikasihin adik perempuan.
Di tengah gelak tawa kami yang bertebaran, pintu kamar diketuk dari luar. Ayunda nih pasti, kelihatan dari bayangannya di kaca pintu.
"Masuk, Yu!" panggil saya cukup keras supaya kedengaran dari luar.
"Pagiii." sapanya ceria setelah memasuki kamar. "Lagi pada sarapan, ya?"
"Pagi, Kak Ayu. Udah sarapan, Kak? Kalo belum, ayo sini gabung. Aku tadi bawa agak banyak." ajak Yasmin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sun and Moon
FanficIbarat sang surya dan rembulannya, Saya dan kamu dijauhkan Agar belajar lebih dewasa. Saya dan kamu diberi jarak Agar mampu pulih dari luka. Saya dan kamu dipertemukan kembali Agar menjadi insan sempurna. ©2019 • oldelovel